Monday, June 30, 2014

I'll Be There For You..


“When I see your sad tears, what I must do is unclear. I assure you my shoulder will be always there for you..” – Orion

“ Lin,” panggil Orion.
“ Hai, Ri.” balas Lin dengan senyum yang dipaksakan.
“ Hari ini kan hari selasa, kenapa kamu datang ke sini? “
“ Kamu juga kenapa ada di sini?”
“ Entahlah. Rasanya ada sesuatu yang menarikku ke sini. Radarku kuat ya, ternyata kamu ada di sini juga. “ Orion mencoba mencairkan suasana.
Sepasang ayunan di taman kecil. Tempat pertama Lin dan Orion bertemu. Kini menjadi tempat yang setiap sabtunya selalu mereka kunjungi demi mencari ketenangan dan pendar Polaris di langit malam.

“ Aku lelah… “ jawab Lin, kemudian mengayuhkan ayunannya. Pelan.
Ada jeda panjang. Orion tau, Lin tidak mau diganggu saat ini. Dia hanya memerlukan seseorang duduk diam di sampingnya.
Lin yang menatap langit dengan pandangan kosong dan Orion yang tidak dapat melepas matanya dari wajah muram disampingnya.
Lin semakin mendongakkan kepalanya, memaksa air mata yang sudah menggenang agar tidak terjatuh. Namun gaya gravitasi tak bisa dikalahkan.
“Lin…”
“Jangan dekati aku, Ri. Aku malu.” Lin tidak ingin Orion melihatnya menangis.
“ Aku tidak akan melihatmu menangis, Lin. Menangislah sampai kamu merasa lega.” Orion berdiri memunggungi Lin.

Tanpa dapat ditahan lagi, Lin menjatuhkan banyak air mata. Lin memeluk Orion dan melepaskan rasa sakitnya kepada punggung yang kokoh itu.

Tangis Lin kemudian berubah menjadi isakan kecil dan akhirnya berhenti, namun Lin masih memeluk punggung Orion, masih ingin bersembunyi di sana.
“ Makasih…Ri” ucap Lin, lirih.
“ Untuk apa? Aku tak melakukan apapun untukmu”
“ Banyak Ri, makasi untuk diammu menemaniku dan untuk punggung ini..”
Orion berbalik, menatap mata sembab Lin, “ Percayakah kamu padaku? Beban yang kamu tanggung terlalu berat, Lin. Berbagilah, aku disini untukmu.”
“Bisakah aku percaya padamu?” Lin balik bertanya dan dibalas dengan anggukan mantap oleh Orion.
Catlin yang selalu menyembunyikan isi hatinya, menyembunyikan permasalahan-permasalahan hidupnya, sedikit demi sedikit mulai mengungkapkannya. Benar kata Orion, dia sudah terlalu lama berjuang sendiri, terlalu banyak beban yang dia tanggung sendirian. Dia memerlukan orang lain untuk berbagi dan Orion adalah orang yang tepat.
“Maaf ya Orion, aku cengeng banget. Gak seharusnya nangis,” ucap Lin setelah berbagi banyak hal dengan Orion.
“Gak ada yang salah dengan menangis, Lin. Makasi kamu percaya padaku.  Jangan ada lagi yang ditutup-tutupin ya, Lin. Sekarang, tidak hanya di hari sabtu saja, tapi kita bisa bertemu kapanpun. Dan mudah-mudahan aku bisa selalu menepati setiap janji bertemu kita di hari-hari yang akan datang.”
Lin mengangguk. Hatinya lega.
“Hei, bintang polarisnya muncul!” seru Orion sambil menunjuk langit.

Polaris. Si Bintang Harapan. Kini aku punya 2 Polaris, yang dilangit dan di hadapanku. – Catlin
I’ll spend every second of my life, to try and make you happy all the time. Just know that I’ll be there for you – Orion

*Terinspirasi dari lagu I’ll be there for you – Han Byul.

Kisah Catlin dan Orion lainnya : Bintang PalingTerang

Friday, June 6, 2014

Tentang Kesepian

Kesepian yang teramat dalam adalah merasa sepi diantar tawa-tawa disekelilingmu.
 
Saya adalah orang yang (di satu sisi) serius. Tapi tidak banyak yang tau kalo saya adalah orang yang begitu seriusnya menjalani hidup. Hampir semua orang taunya saya sosok yang periang, ceroboh, berisik, pelupa dan tukang ketawa. Tidak salah. Memang saya seperti itu (di satu sisi)
 
hanya 1 orang dan Tuhan yang tau siapa sebenarnya saya. Yang mengenal 2 sisi kepribadian saya. Yang hanya kepada merekalah saja saya dapat benar-benar menjadi diri saya, tanpa perlu ada yg ditutup-tutupi.
 
Ada saat-saat dimana saya begitu kesepian, mulut saya tertawa tapi hati saya nelangsa. Bukan. Ini bukan karna saya munafik. Lebih kepada saya berusaha menjadi sosok yang kuat. Saya tidak suka dipandang sebagai orang yang lemah, walaupun memang dibeberapa bagian saya lemah dan rapuh. Dan menjadi sosok yang kuat bukanlah perkara mudah. 

 Adakalanya keseriusan membawa saya ke arah yang sepi. Entah saat di mana saya sedang dikelilingi tawa orang-orang, saat berkumpul dengan teman. Hati saya tidak dapat menerima tawa-tawa itu.
 
***

 Menjadi orang yang begitu terbuka, yang dapat dengan mudahnya menceritakan persoalan-persoalan hidup kepada banyak orang. Saya (cukup) iri dengan orang seperti itu. Karna saya tidak bisa. Banyak hal yang saya pendam sendirian, hal-hal yang tidak ingin saya bagi kepada orang lain, dan membuat saya (di satu sisi) menjadi begitu kesepian. Saya tidak menyalahkan siapapun atas kesepian saya, karna sepenuhnya pilihan saya. sepi dan ramai, saya sendiri yang patut untuk memilihnya.
 
***
Sejak saya sadar bahwa saya bertanggungjawab penuh atas hidup saya, pemikiran dan sifat saya sedikit banyak berubah. Dulunya saya memang orang yang santai dan periang, menjalani hidup mengikuti arus. Tapi lama-lama saya berpikir bahwa hidup tidak bisa semau-maunya seperti itu. Ada banyak hal yang harus diperjuangankan dan ada hal yang harus rela dilepaskan..
 
Kerelaan untuk melepaskan. (Lagi-lagi) bukan hal yang mudah. Terlebih melepaskan seseorang yang begitu berarti dihidupmu. Suka tidak suka, mau tidak mau, saya harus melepaskannya. Walau pada akhirnya saya yang hancur. Tidak apa. Saya percaya, waktu akan memulihkan saya.
 
***
Saya sadar bahwa saya harus berdamai dengan diri sendiri, harus bisa memaafkan kesalahan-kesalahan yang saya lakukan di hari-hari yang lalu, agar saya dapat terlepas dari rasa sepi yang diam-diam menggerogoti saya.
 
kesepian itu tidak enak, dan saya tau rasanya.
 
Ampuni dirimu, Ay~ kamu pantas bahagia..
 
 
*Menulis ini dibawah dekapan selimut yang hangat*