Monday, December 21, 2015

Kabar Tentang Teman Lama

Kemarin malam, tiba-tiba ada seseorang yang ngechat saya via whatsapp. Orang itu hanya menulis 2 kata: woi jelek.

Saya mengerutkan kening ketika membacanya dan mikir, “ih, siapa sih nih? Salah chat kali ya.” Dan dengan malas saya membalas chatnya, “ini siapa?”

Dia        : Rico. Siapa lagi. Wkwkwkwk… Gak inget sama gw :(
Saya      : Rico siapa? Fotonya gak muncul.
Dia        : Rico temennya Sipit
Saya      : oh.. hahahahah
Dia        : Sombong nih, masa sama temen nongki gak inget.
Saya      : Ye, lagian tau2 chat manggil jelek, gak ada fotonya dan nomornya gue gak tau.
Dia        : hahahahah.. maklum gak ganteng.
Saya      : gue udah lupa kapan terakhir nongki bareng. Semacem puluhan taun yang lalu.
Dia        : tua amat kayaknya gw. Da hampir setaun.
Saya      : lebih. Gue aja gak ketemu Sipit 2.5 tahun.
Dia        : Iya.. wkwkwkwk.. kan lo ke korea.. gimana kabar?

Begitulah chat saya dan Rico di awal. Entah dapat info dari mana kalau saya ke Korea, padahal saya belum pernah ke Korea. Soon! Mudah-mudahan.

Rico ini teman saya dari jaman putih abu-abu. Dia segeng dengan Pemao aka Alay (kisah mereka banyak saya ceritakan di blog Summer3angle).  Saya sama sekali tidak akrab dengan Rico ketika SMA, tidak pernah bertegur sapa. Dia tipe-tipe cowok yang saya hindarin. Tukang rusuh, anak genk. Tapi seperti Alay, saya pun menjadi akrab dengan Rico. Ya walaupun kedekatan saya dengan Rico tidak sedekat saya dengan Alay. Tapi, kami menjadi teman main.

Seperti Alay yang saya anggap troublemaker, tapi ternyata dia baik banget dan kita jadi teman baik sejak kelas 3 SMA. Rico pun demikian.

Saya, Rico, Sipit dan Podeng menjadi akrab sejak pertengahan kuliah. Rico dan Sipit sering diajak Alay untuk nongkrong bareng dan akhirnya kita semua akrab. Sedangkan Podeng, saya akrab dengannya sejak sama-sama jadi panitia Reuni SD pada tahun 2009.

Karna satu dan banyak hal pertemanan kami renggang, terutama saya dan Sipit. Dan kita akhirnya disibukkan dengan urusan masing-masing. Tanpa terasa tahun berganti begitu cepat. Terakhir saya bertemu Alay sepertinya akhir tahun lalu, dengan Podeng awal tahun ini, dengan Rico? Sepertinya pertengahan tahun lalu, itu pun gak sengaja bertemu karna kita sama-sama berada di kedai susu favorit saya. Rico dengan teman-temannya, saya dengan teman-teman saya.

Saling bertanya kabar dan mengetahui keadaan masing-masing membuat saya banyak berpikir. Betapa banyak kejadian terlewatkan. Kita janjian untuk ngumpul lagi di bulan januari, di café milik si Alay. Iya, sekarang Alay udah punya café. Hebat ya. ^^

Chat kita terus berlanjut dan sampailah pada suatu kalimat yang saya gak pernah pikirkan, “udah jarang nongki. Kan adik gw lagi di kemoterapi. Jadi sekarang lagi fokus sama adik gw dulu.”

Adiknya Rico baru masuk SMA, cewek, kena kanker getah bening dan udah dikemo selama setahun. Saya sampai gak tau harus membalasnya seperti apa. Saya tau dia gak ingin dikasiani. Dan saya kebanyakan membalasnya dengan kata ‘Oh..’

Saya sedih. Dan saya gak tau harus berbuat apa. Mungkin dia butuh teman untuk mendengarkan keluh-kesahnya. Mungkin dia butuh teman yang bisa membuatnya terhibur. Rico anak pertama, tanggung jawabnya terhadap keluarga begitu besar. Saya paham itu, karna saya pun demikian.

Dan sejujurnya dalam 2 hari ini saya mendapatkan curhat dari orang yang kena kanker lebih dari satu orang. Pertama, seseorang yang divonis kena kanker tulang belakang (saya gak bisa sebutin namanya di sini) saya kalut mendengarnya, saya hanya bisa menguatkan dan menyemangatinya melalui kata-kata dan doa. Kedua, adiknya Rico yang kena kanker getah bening.

Bulan desember, bulan yang saya sukai, tetapi ada hal-hal tidak baik yang saya dengar.
Jangan pernah berpikir masalahmu paling berat, hidupmu sengsara dan nelangsa karna ada begitu banyak orang di luar sana yang punya masalah yang lebih berat. Tetap lah berjuang, tetap lah percaya akan rancangan Tuhan.

Masalah saya pun banyak. Berat? Iya. Tetapi saya diberi penguatan dan menjadi tempat mendengarkan permasalahan orang lain adalah salah satunya.

Ps: saya dan kalian punya permasalahan masing-masing. Mengeluhlah secukupnya, bersyukurlah sebanyak-banyaknya.

Love,
Ay.

Tuesday, December 15, 2015

Desember. Perjalanan. Bagasi


Banyak hal yang saya sukai. Saya suka memandang langit berawan. Saya suka rintik hujan. Saya suka menggambar. Saya suka menulis. Saya suka bercerita tentang hari-hari saya kepada orang-orang yang saya percaya. Saya suka dengan pendar bintang dan kerlipan kunang-kunang. Saya suka anak-anak. Saya suka mendengarkan keluh-kesah teman-teman saya. Saya suka bepergian ke tempat-tempat baru dan saya suka bulan Desember. Entah sudah berapa banyak yang tau kalau saya amat menyukai bulan ini.
Setiap bulan Desember tiba, hati saya dipenuhi kehangatan. Ada perasaan nyaman dan damai di dalamnya. Entah dari mana datangnya, saya tidak tau. Walau di 31 hari di bulan itu ada hal-hal buruk yang terjadi, tapi tidak menghilangkan rasa hangat di hati saya. Di bulan Desember, saya seperti diberikan kekuatan lebih untuk menjalani hari-hari saya.
Bulan Desember di tahun ini pun sudah lewat setengahnya. Ah, kenapa begitu cepat? Seriously, saya tidak ingin cepat-cepat berakhir. Karna menunggunya lagi butuh 11 bulan. Waktu yang tidak sebentar.
Hal baik dan buruk pun terjadi di bulan ini. Menyerahkan saya? Tidak. Menangiskah saya? Sedikit.
Sayang, catat ini: menangislah secukupnya dan berbahagialah sebanyak-banyaknya.
Di bulan ini pun saya banyak mengikuti kegiatan. Saya ingin terus menata diri saya, memperbaikinya di berbagai sisi, tidak untuk menjadikan diri saya sempurna tetapi menjadi ‘saya yang lebih baik dari sebelumnya’.  
Minggu lalu saya ikut acara gereja, saat itu temanya ‘Forgiving’. Dari sekian menit pembicara membawakan topik itu, ada banyak pelajaran yang saya dapatkan.
Everyday, everybody will hurt you. Everyday, you must forgive someone.
Before you forgave someone, try to forgave yourself first.  
Kira-kira begitulah yang pembicara itu ucapkan (dan maafkan kalau kalimat yang saya tulis salah, you know, kemampuan bahasa inggris saya minim. Correct me if I’m wrong ya. Hehe)
Kalimat itu membekas di hati saya dan tanpa sadar saya mengangguk-anggukan kepala saat mendengarnya. Memaafkan diri sendiri, kedengarannya begitu mudah. Tapi, faktanya, memaafkan orang lain jauh lebih mudah dibanding memaafkan diri sendiri. Saya masih perlu belajar memaafkan diri saya, menyayanginya dan memberikan apresiasi ketika saya melakukan hal yang baik. Saya masih perlu belajar untuk menghargai diri saya. Dan tentunya belajar menghapus rasa-rasa tidak mengenakkan yang bersarang di dalam hati.
Dan di bulan ini pun saya menemukan 1 postingan yang mengena di hati. Saya gak berpikir sebelumnya kalau di blog ini akan kedatangan bintang tamu. Saya tidak pernah berpikir untuk merepost cerita orang lain di blog saya. Tapi, kali ini pengecualian. Saya menyukai tulisan ini.

Hidup itu seperti sebuah perjalanan. Bergerak dari sebuah titik ke titik lain di masa depan. Pergi ke satu tempat untuk menetap atau hanya sekadar untuk singgah. Bertemu dengan seseorang atau akhirnya memutuskan berpisah.
Seperti halnya sebuah perjalanan, masing-masing dari kita membawa bagasi yang berbeda. Mungkin hanya sebuah kotak kecil yang ringan untuk dibawa, atau koper besar berwarna cokelat muda yang menguras tenaga untuk membawanya.
Setiap orang membawa bagasinya masing-masing. Untuk seseorang, bagasi itu mungkin cukup dibawa dengan sebelah tangan. Dan untuk sebagian yang lain, harus dipanggul dengan menggunakan kokohnya tulang belakang.
Bagasi itu bentuknya bermacam-macam, bisa berupa beban ekonomi yang berkepanjangan, rumitnya kondisi keluarga yang memberatkan, hingga luka atau trauma emosional yang tak kunjung hilang.
Dan layaknya manusia normal, mungkin kadang kita suka membandingkan. Berkata pada diri sendiri : “Seadainya saja saya berada di posisinya. Seandainya saja saya lah orang yang membawa bagasinya.”
Tapi sayang kondisinya tidak seperti itu kawan.
Bring your own luggage. It’s your life. Never compare it with others.
Jangan pernah meminta orang lain untuk membawa bagasimu. Karena ketika kau mulai membandingkan, saat itulah kau kehilangan kebahagiaan.
Mungkin kamu pernah bertemu dengan orang yang sepertinya rela menerima kondisimu, rela membawa bagasimu, namun akhirnya dia sadar, dia tidak butuh beban tambahan.
Dan memutuskan untuk pergi, memilih bersama orang dengan bagasi yang lebih kecil. Agar bebannya terasa lebih ringan.
Jangan kau tangisi kawan. Dia bukan untukmu.
Tetap bersabarlah kawan, ketika kau tergopoh-gopoh berusaha untuk membawa sendiri bagasimu, berusaha menggenggam erat semua koper bawaanmu, atau memanggul semua beban di pundakmu.
Nanti akan ada seseorang yang rela menjulurkan tangannya untuk membantumu. Tersenyum berdiri di sebelah mu.
Membantu membawa barang bawaanmu. Mencengkeram pegangan koper itu bersamamu.
Mungkin karena dia pernah membawa bagasi yang sama. Sebuah koper besar berwarna cokelat muda. Atau memang dia yang rela, untuk membawa bagasimu bersama-sama.
Karena suatu saat, “bagasi mu” akan berubah menjadi “bagasi kita”.
Ditulis oleh Tirta – Pemilik blog romeogadungan.com

Apakah kamu merasakan seperti yang saya rasakan ketika membaca tulisan di atas? Ada kah rasa hangat menjalar di hatimu?
Tulisan Tirta memembuat saya terdiam sejenak dan memikirkan koper-koper yang selama ini saya bawa. Bagi banyak orang yang mengenal saya hanya di luarnya saja, mungkin saya terlihat ke mana-mana hanya membawa tas tenteng kecil. Nyatanya, tiap harinya saya membawa banyak koper yang seringkali membuat saya teramat lelah dan tertidur di hampir setiap perjalanan saya pulang ke rumah.
Saya tidak ingin orang lain repot dengan bagasi saya yang penuh dengan koper besar dan kecil. Jika berjalan bersama saya ikut membuatmu lelah, berhenti dan pergilah. Saya tidak ingin menahanmu. Itulah yang kemarin-kemarin saya lakukan. Tidak ingin membuat orang lain susah karena saya.

Dari kalimat-kalimat Tirta, saya tersadar bahwa saya boleh mempercayakan koper-koper saya kepada seseorang yang bersedia ikut menjinjingnya bersama. Saling menyemangati untuk terus berjalan seberapa pun melelahkannya perjalanan itu.

Saya pun percaya meski seseorang itu belum datang, saya tidaklah sendiri. Karna Tuhan saya sudah terlebih dahulu membawa sebagian besar isi bagasi saya. Dia mempercayakan saya koper-koper lain agar saya menjadi orang yang tidak lemah. Dan agar saya dapat belajar untuk mempercayakan koper-koper itu untuk dibawa bersama dengan seseorang.

Ps: Ditulis dalam keadaan langit mendung, mata mengantuk tetapi dengan perasaan yang jauh lebih baik.

Love,
Ay

Tuesday, November 24, 2015

Bersama Ayah


Hari ini hari jumat, saya bangun pukul 05:40. Amat kesiangan sebenarnya. Dengan mata yang masih berat untuk dibuka, saya berjalan menuju kamar mandi. Kegiatan pagi pun berlangsung seperti biasanya. Mandi dan siap-siap ke stasiun kereta. Hari ini saya naik kereta 06:45 dan mendapatkan duduk. Seperti biasa saya akan tertidur sampai perhentian terakhir. Selalu seperti itu. Tidak ada yang spesial. Ah, dan hari ini pun saya lupa membuka hari dengan berdoa. Hm..

Hari ini saya salah tidur, ketika bangun dipemberhentian terakhir, leher saya sakit. Dan perlu pijatan kecil sebelum saya berdiri dan keluar dari kereta. saya pun mengantri untuk keluar dari stasiun, kegiatan yang setiap hari saya lakukan.

Dari stasiun, saya masih harus naik angkutan umum untuk menuju kantor. Pagi ini pun angkutan umum yang saya naikin penuh sesak, tidak ada jarak sedikit pun antar penumpang, semuanya berdempetan. Dan ketika di tengah perjalanan, angkutan umum yang saya naikin berhenti dan menyuruh saya dan beberapa penumpang lainnya untuk pindah ganti mobil lain.

Hari ini saya bertemu dengan bapak-bapak yang bekerja di kantor yang sama dengan saya. Kita panggil dia Pak I saja ya. Pak I ini salah satu bapak-bapak favorit saya. Entah kenapa setiap kali melihatnya, wajahnya selalu penuh ke-bapak-an, baik dan berkharisma. Pak I ini punya 4 orang anak yang semuanya perempuan. Di sepanjang perjalanan saya dengan beliau menuju kantor, dia menceritakan tentang istri dan anak-anaknya.

Keempat anaknya Pak I itu lebih dekat dengan dia, ayahnya. Apa-apa selalu diceritakan kepada ayahnya. Bahkan anaknya yang paling kecil hanya mau ditemani belajar oleh Pak I.

Pak I: hari ini saya lebih siang datang ke kantor, harusnya lebih pagi.
Saya: emang kenapa Pak?
Pak I: itu anak saya yang paling bontot lagi manja, dia gak mau sekolah kalau gak diantar sama saya.
Saya: wahh.. oya? Yang kecil kelas berapa Pak?
Pak I: udah kelas 4 SD, tapi gak tau tuh manja bener sama ayahnya. Dia juga tiap malam nungguin saya, gak mau belajar kalo gak ditemenin sama ayahnya. Manja bener.

Begitulah kata-kata Pak I, terdengar seperti mengeluh tetapi ketika kamu melihat wajahnya, dia berbicara sambil tersenyum dan matanya menyorotkan dia begitu sayang pada anaknya.

Saya: sekolahnya dekat dari rumah Pak?
Pak I: dekat, jalan kaki hanya 10 menit, jadi saya tadi nemenin dia sampe ke sekolahnya.

Berjalan kaki ke sekolah dan bersama pria yang paling mencintainya. Entah mengapa hal itu begitu manis untuk saya. Selama 10 menit perjalanan dari rumah ke sekolah, saya yakin ada begitu banyak obrolan antara si anak dengan ayahnya. Bagaimana si ayah menatap anaknya yang setiap hari semakin bertumbuh dan bagaimana si ayah menggandeng  anaknya. Saya membayangkan itu. Dan menjadi tersenyum sendiri. Hati saya menghangat.

Dan ada perasaan lain yang menyelinap di sela-sela kehangatan itu. Saya iri. Ya. Iri. Hubungan saya dengan papi saya tidak semanis itu. Mungkin karna saya sudah besar dan malu kalau harus bermanja-manja pun juga papi saya.

Dari segala hal yang terjadi dan itu bukanlah hal baik, saya tau, papi saya sebenarnya tidak menginginkan hal itu. Orang tua mana yang mau mengecewakan istri dan anak-anaknya? Tidak ada.

Papi saya bukanlah orang yang sempurna, saya tau itu. Oleh karenanya saya berusaha untuk menerima baik dan buruknya. Dia tetap papi saya, orang yang dulunya berjuang untuk membesarkan saya. Terima kasih, pi. Berkat papi, saya jadi perempuan yang (bisa dibilang) tangguh.

Ps: bagaimana pun keadaan keluargamu, tetaplah bersyukur. Percaya saja, Tuhan punya rencana yang baik, walau untuk mencapainya tidaklah mudah pun juga sederhana.

(ditulis pada hari Jumat, 20 November 2015)

Love,
Ay

Wednesday, October 28, 2015

Menikah~


Sekitar 2 bulan yang lalu saya diminta tolong untuk bantu urus pernikahannya anak direktur saya. 

Ibu: Thea, Ibu minta tolong, kamu keberatan gak kalau bantu pernikahan Gle? Ibu pusing ini urus tamunya.

Itulah perkataan yang atasan saya katakan. Di satu sisi saya senang banget, saya tau akan ribet tapi pasti menyenangkan. Apalagi menikahnya di pulau favorit saya, Bali. 

Di sisi lain saya sempat mikir, "emang WOnya gak urusin tamu-tamunya si ibu apa? Kok cuma urus tamu dari pihak yang cowok ya? Padahal kan sewa WO gede." tapi, pertanyaan itu terlupakan karna saya teramat disibukkan untuk persiapan pernikahan Dan and Gle. 

Kalau diceritakan repotnya, wah, entah gimana deskripsiinnya. Intinya ribet. Banget. Bikin sakit kepala. Hahahha.. seriously, badan saya sampe rontok. 3 hari di Bali, saya yang bangun paling pagi dan tidur di atas tengah malam.  Selama di sana banyak mondar-mandir, telpon sana-sini, make sure ini-itu, naik turun-tangga malem-malem buat anterin kue ke kamar tamu, mandu tamu-tamu untuk ikut berbagai prosesi. Jangan ditanya lagi deh. Haha.. jadi WO dadakan buat saya jadi tau pekerjaan mereka teramat melelahkan, harus gesit, detail dan teliti. Saya belajar itu.

Mengenai pernikahannya. So far, Ini adalah pernikahan yang paling berkesan buat saya. Tamu undangannya tidak banyak, kurang dari 200 orang, tetapi itu yang membuatnya sakral. Menikah hanya dengan dikelilingi keluarga dan kerabat terdekat. Manis sekali.^^

Lokasi menikahnya pun luar biasa indah, hm.. karna ditunjang dengan dekorasi yang cantik pula. Ah, saya jatuh cinta dengan tiap detail dekorasinya. Dan ketika wedding kiss, si suami memberikan kejutan dengan ditembakkannya ratusan kembang api. 

Saya benar-benar terpukau. Lokasi pernikahannya di tebing pantai, bagian bawahnya laut dan bagian langitnya dipenuhi kerlipan kembang api. Saya seperti berada di suasana pergantian tahun dan hanya bisa berkata, 'uwaaaa~' 

Dan jauh diluar kemewahan pesta pernikahan itu, tentunya saya mendapatkan hal baru, pelajaran yang baik. 

Si suami  ini tipikal yang super perfectionist, dia pun mencari pasangan yang sempurna. Tapi, pada akhirnya, dia sadar bahwa tidak ada pasangan yang sempurna. Dan dia menemukan Gle, perempuan yang bertolak belakangan dengan keinginannya. 

Rencana Tuhan memang ajaib ya, kita gak pernah tau apa yang terjadi nantinya, dengan siapa kita dipertemukan, dengan siapa kita menghabisi hari-hari mendatang. 

Saya pun mendapatkan wejangan dari si ibu dan suaminya, mereka bilang ke saya, cari pasangan yang serius, gak perlu yang berwajah tampan karna nantinya hanya menyusahkan. Hahaha.. iya, dibilang begitu lho. Saya sampe tertawa. Mereka juga bilang jangan cari yang suka party tapi cari yang bisa membawa saya menjadi lebih baik. Saya mengamininya. Jadi, saya kapan ketemu pasangan seperti itu? Hihihi.

Dah oh, ada 2 hal yang membuat saya terharu (dan dilema), kali ini datang dari adik-adiknya Gle dan keluarga terdekat. Saya cukup akrab dengan anak-anak si ibu, karna saya memang sering mengurusi kebutuhan mereka. Waktu malam pertama saya di Bali, sehabis dinner, salah satu adik Gle nyamperin saya.

Dia bilang gini : pokoknya Ci Thea gak boleh ninggalin mami.

Thea: lho, kenapa gak boleh?

Dia: pokoknya harus terus sama mami, kalo gak ada Ci Thea, nanti mami bisa stress. Pokoknya gak boleh pergi. Harus terus urus kita, sekarang kan beban udah berkurang, abis ini gak usah urus Ci Gle lagi. Biar Ko Dan yang sekarang urus Ci Gle. 

Saya hanya bisa tertawa saja tanpa menjanjikan dan menyanggupi permintaannya. Dan sejujurnya saya bingung sih kenapa tiba-tiba dia ngomong begitu, emang keliatan banget ya saya ada tanda-tanda mau resign? Hehe..

Ingat pertanyaan saya di awal, tentang kenapa WO gak urus tamu-tamunya ibu? Saya menemukan jawabannya dari beberapa orang, mereka menceritakan hal yang saya padahal saya gak menanyakan hal itu. Iya, ngapain nanyain kayak gitu ke tamu-tamu kan? :p

Mereka bilang, awalnya semua memang urusannya WO, tapi si ibu nolak. Dia gak mau tamu-tamunya yang mana semua itu keluarga dari kakak dan adiknya diurus sama orang lain. Dia maunya saya yang urus, soalnya hanya saya yang paling tau dan ngerti gimana maunya ibu. Dia bilang ke mereka, dia cuma butuh saya.

Saya benar-benar terharu mendengarnya. Saya gak nyangka ibu menaruh kepercayaan begitu besar pada saya. Merasa dibutuhkan, benar-benar menyentuh hati saya. 

Saya memang ada rencana untuk move tahun depan. Ada banyak hal yang menjadi pertimbangan saya untuk mencari tempat yang baru. Saya sayang dengan si ibu dan keluarganya, tapi, saya pun punya kehidupan yang harus saya urus dan tata kan? Ah saya dilema. :( 

Kenapa ending postingan ini jadi galau ya? Masih ada 2 bulan untuk saya memikirkan dan mengambil keputusan. :')

Terakhir, selamat untuk Dan and Gle. Kisah kalian kayak novel-novel. Hihi.. semoga hari-hari kedepannya berjalan dengan baik.^^

Love,
Ay

Sunday, September 27, 2015

Dear My Future Husband...

Hi, Suami! :D

Aku harap kamu dalam keadaan yang baik. 

Sebenarnya aku bingung mau menuliskan apa dibagian awal surat untukmu ini. Kamu tau kan aku tak mudah mengungkapkan banyak hal.

Hampir disepanjang hidup, banyak sekali hal-hal yang aku pendam sendirian, yang bahkan kepada teman terbaik pun aku tak mampu menceritakannya. 

Tapi, akhirnya aku menemukan tempat di mana aku bisa menjadi diriku, menceritakan apa-apa yang tak bisa aku ceritakan sebelumnya, melepaskan wajah 'baik-baik saja' ketika sebenarnya tidak sedang baik-baik saja. Pun tidak malu menunjukkan wajah sembab sehabis menangis. 

Dan tempat itu ada di dalam sosok seorang pria. 

Seseorang yang kepadanya membuat aku percaya untuk meletakkan segala kelelahan dan kecemasan. 

Seorang pria yang begitu luar biasa, yang tidak hanya mampu mengisi hari-hariku dengan begitu banyak tawa, tetapi selalu memeluk erat dan membisikkan: tenanglah, aku selalu disisimu. 

Kamu. Seorang suami yang Tuhan kirimkan untuk wanita yang sepanjang hidupnya tidak pernah yakin akan dirinya sendiri. Kamu menguatkanku.

Kita adalah pasangan yang saling melengkapi, kita akan menegur ketika salah satu dari kita melakukan hal yang tidak baik. Kamu mengingatkanku untuk selalu berdoa, dan aku akan selalu menyelipkan namamu dalam setiap doaku. 

Setiap minggunya kita akan bersama-sama pergi ke gereja, tempat di mana dulu kita meneguhkan janji untuk terus bersama. 

Aku belajar banyak hal darimu, bahwa tidak perlu mengharapkan kebaikan orang lain ketika kita melakukan hal baik untuk mereka. Anggaplah kebaikan-kebaikan yang kita lakukan karna kita sudah terlebih dahulu diberikan kebaikan dalam hidup kita. 

Itulah mengapa aku begitu menyayangimu, kamu selalu menjadi pribadi yang positif. :) 

Sayang, aku tau mencintaiku tidaklah mudah pun juga sederhana. Aku yang mempunyai banyak mimpi, ingin melakukan ini dan itu, pergi ke sana dan ke sini. 

Kadang aku akan menjadi wanita yang paling menyebalkan dan egois (dan aku pun sebal menjadi wanita seperti itu). Tapi, kamu memakluminya, kamu akan memberikan ruang untukku menyendiri dan setelahnya akan ada pelukan hangat darimu.

Ada saat-saat kita akan bertengkar dan tidak bertegur sapa seharian. Kita pun sadar, untuk setiap pertengkaran, akan ada hal-hal baru yang membuat kita semakin dewasa, semakin memahami satu sama lain.

Aku tau, kamu adalah seorang ayah yang akan selalu menyempatkan untuk bermain dengan anak-anak kita, seberapapun melelahkannya dirimu. 

Aku pun selalu senang tiap kali kamu memilihku menjadi teman diskusi untuk setiap pekerjaanmu.^^ 

Ah ya, nanti ketika anak kita sudah lebih besar, bolehkan aku melamar menjadi guru TK? Kamu tau aku begitu menyukai anak-anak dan menjadi guru TK adalah salah satu impianku.

Di hari-hari selanjutnya aku berharap kita akan tetap seperti ini, seberapa pun membosankannya rutinitas, kita tetap saling menggenggam, saling mengasihi. 

Di hari-hari selanjutnya aku tau tidaklah mudah, akan ada pertengkaran-pertengkaran yang tidak dapat dihindari. 

Di hari-hari selanjutnya, di saat rambut kita mulai memutih dan gigi kita tanggal satu persatu, kita akan semakin menyayangi. Hei, kamu masih ganteng kok walau sudah dipenuhi kerutan. ;) 

Ps: Tuhan kita baik ya? ^^


Salam Sayang,
Ay

Saturday, September 19, 2015

Terbayar Lunas!

Selamat Malam!^^

Hari ini akhirnya saya bisa tidur dengan perasaan yang jauhhhh lebih baik~ kemarin-kemarin saya sempat stress dengan banyak hal, salah satunya pekerjaan kantor. Saya juga menuliskan keluh-kesah di blog Summer, hanya sehari sih, abis itu postingannya saya revert to draft. Biasa emosi sesaat. Hahahaha..

Saya sempat stress dan tertekan ketika mengurus pameran kantor di tahun ini, karna segalanya serba dadakan, semuanya baru di approve ketika sudah mendekati hari H, belum lagi pekerjaan-pekerjaan lain yang gak bisa ditinggali. 

Mendekati hari H, saya semakin panik, tidur juga jadi gak nyenyak. Hmm, mungkin terlihat lebay ya. Gakpapa, toh kamu semua gak ngerasain ketika di posisi saya.^^ 

Sehari sebelum pameran pun, saya ikut bantu loading barang, pasang ini-itu, bersih-bersih booth biar besok layak untuk dikunjungi. 5 hari yang menguras tenaga. Semalam, ketika mau tidur saya baru ngeh kalau paha saya banyak biru-biru memar seperti kepentok. Iya, saya kalau kecapean banget pasti muncul biru-biru~

Saya sebenarnya gak gitu berekspektasi tinggi, yang penting booth kantor rame pengunjung dan yang datang pun tertarik dengan produk-produk dari brand yang kita punya. Tapi, surprisingly kita malah dapet banyak orderan! Malah ada barang-barang yang langsung sold! Happy? Bangeeeet~ 

Terus juga, hasil dari orderan visitor itu mampu menutupi biaya pameran kita! Uwaaa~ segala keletihan terbayarkan. Lunas! :D

Saya pun salut dengan team yang kompak, kita semua saling support dan  back up. Disela-sela kesibukan menghadapi visitor, kita masih bisa bercanda-canda, tawa-tawa memenuhi 5 hari ini. Saya happy!^^

Salah satu beban sudah terangkat! Saya bisa fokus mengerjakan hal-hal lain. Ada banyak hal yang ingin saya lakukan~ 

Seminggu ini, saya malah skip menulis kisah antara Rei dan Davi. Besok udah harus lanjut nih. Oh ya, bagi yang belum tau, saya sedang menulis kisah baru. Mudah-mudahan sih pertengahan okt bisa publish di wattpad. Hm, gak janji deh! Hahahahaha.. atau akhir okt aja kali ya~ soalnya bulan okt, saya akan disibukkan dengan pernikahan anaknya direktur saya. Nikahnya di pulau favorit saya. Wah! Saya gak sabar menanti hari itu.^^ 

Selagi menunggu kisah mereka, yuk baca kisah Alex dan Dee di wattpad : Seven Stars in the Sky. ^^

Oh ya, jumat depan saya akan berkunjung ke suatu komunitas gereja. Udah dari minggu lalu sih saya chatting dengan leadernya. Karna kita sekampung halaman, jadi cepat akrab. Gak nyangka juga bisa join di komunitas itu. Padahal 2 minggu yang lalu, hal ini hanya sekedar obrolan saya dengan teman. Tuhan saya baik ya. :)

Dan satu lagi, saya harus sesegera mungkin menuntasnya cerita jalan-jalan saya ke Europe! Astagah! Saya gak update blog summer hampir 3 bulan! Belum pernah saya meninggalkan blog selama itu~ draftnya sih udah jadi, cuma niat pilih-pilih foto untuk di share di blognya itu lho...masih males! hiks. Semoga minggu depan saya bisa update blog summer.

Dan ada banyak hal lain yang ingin saya lakukan~ semoga bisa terpenuhi dalam waktu dekat.^^

Love,
Ay. 


Tuesday, August 18, 2015

Terima Kasih

Pada setiap mata yang melihat..
Pada setiap hati yang merasa..
Pada setiap telinga yang mendengar..

Untuk sepasangan tangan yang menggenggam..
untuk pelukan-pelukan menguatkan..

Terima kasih... :)

Monday, August 17, 2015

Tidak Ingin Menyerah

Belakangan ini banyak hal yang terjadi dalam hidup saya. 25 tahun menjadi titik di mana banyak hal berubah dan semakin kompleks. Gak hanya sekedar galau cinta-cintaan, tapi ada hal yang jauh melebihi itu.

Lo tuh maunya apa sih?

Damai dan bahagia. Sederhana tapi untuk membuatnya perlu effort yang besar. Kalau ketika kecil, dibeliin es krim favorit aja udah bahagia, saat lebih besar, bahagia pun bentuknya sudah berbeda. Tidak sesederhana itu. Kenapa? Karna saya. Kita. Sudah mengalami begitu banyak hal di dalam hidup. Menjadikan bahagia ada pilihan banyak orang termasuk saya.

Banyak hal yang terjadi di dalam hidup saya. Suka dan duka. Saya lebih memilih menceritakan yang baik-baiknya saja. Untuk dukanya sendiri hanya saya bagi ke sedikit orang, itu pun hanya sebagian. Saya tidak ingin orang lain pusing dengan masalah saya dan karna tiap orang memiliki permasalahan. Hanya membagi suka adalah cara saya untuk berani menjadi pribadi yang kuat. Tidak lemah.

Selama saya hidup, tidak jarang saya terpuruk, bahkan di 7 tahun terakhir ini saya benar-benar berjuang. Ada saat-saat di mana saya kecewa dengan Tuhan saya. Ada saat-saat saya meminta kepadanya untuk jangan mempercayakan saya atas begitu banyaknya masalah. Saya hanya manusia. Saya punya kelemahan dan batas. 

Tapi, Tuhan mengetuk saya, Dia membuat saya tetap mempercayainya dan meyakinkan saya bahwa Rancangan-Nya bukanlah musibah melainkan damai sejahtera dan percayalah disetiap permasalahan akan ada hal baik setelahnya. 

Ada proses untuk saya kembali yakin, kembali percaya bahwa Tuhan saya sayang sama saya, di setiap proses itu lah saya benar-benar diuji. Tidak hanya satu kali, tapi sudah tak terhitung berapa kali saya terjatuh selama 7 tahun ini. 

Kali ini pun saya mendapatkan masalah yang besar sampai-sampai saya mau meledak saking tidak kuatnya. Ketika mendapatkannya, lagi-lagi saya marah, saya bilang sama Tuhan saya, kenapa dia tega memberikan saya permasalahan seberat ini, saya tidak mau jadi kuat, saya lelah, saya capek. Kenapa orang lain gak punya masalah seperti saya? Saya selalu berusaha menjadi orang yang baik, tetapi kenapa masih aja dilimpahkan dengan banyak persoalan? Saya kecewa.

Di saat kekecewaan itu memuncak, terlintas satu nama. Fa. Seorang perempuan yang pernah mengalami masalah berat, pernah merasakan jatuh yang teramat sakit, pernah berjuang untuk bangkit dari keterpurukan. 

Entah bagaimana, saya menuliskan semuanya padanya, ada bagian dari diri saya yang ingin membagi dan menceritakan hidup saya selama 7 tahun ini dan orang itu adalah dia. Fa.

Bagian lain dari diri saya sebenarnya heran, kenapa saya memilihnya untuk menceritakan hal-hal yang bahkan sahabat dan teman baik saya pun tidak tau sampai sekarang. Saya tidak mengenalnya secara pribadi, tetapi saya sudah mengikuti jejaknya sejak tahun 2013. Saya selalu merasa lebih baik ketika membaca tulisannya.

Saat itu, saya tak meminta banyak, saya hanya minta dia untuk membaca uneg-uneg saya. Tanpa di sangka, esok harinya saya mendapat email balasan dari dia. Saya mendapat penguatan.

"Don't ever think that you are alone facing so many problems. You know you are a good girl, so stay as you are. God's the best planner in the world. Put your trust in Him, okay.
Maybe if oneday you are ready, you can tell everything you ever felt.
Anggaplah semua yang pernah terjadi adalah hadiah dari Tuhan karena kita spesial. Nggak banyak orang yang diberi kesempatan merasakan begitu banyak masalah, saya pun pernah berpikir kenapa masalah di hidup saya tidak kunjung selesai. Tapi kalau saya ingin mereka selesai, berarti saya ingin mati :)" - Fa.
Seketika perasaan saya menghangat. Saya tersenyum membacanya. Tuhan telah mengetuk hati saya melalui kalimat panjang dari Fa. Perasaan saya menjadi jauh lebih bagi. Saya tidak boleh lemah karna Tuhan saya selalu bersama saya. 

Namun, lagi-lagi saya kembali terpuruk. Kali ini jaraknya hanya sehari setelah saya mendapat email dari Fa. Saya kembali menerima masalah sampai-sampai saya gak tau lagi gimana menyelesaikannya dan di mana jalan keluarnya. 

Satu minggu yang berantakan. Saya mengakuinya. Saya yang biasanya selalu bisa memasang wajah baik-baik saja, kali ini tidak bisa. Saya menjadi sedikit berbicara, tidak banyak berinteraksi dengan orang lain, saya hanya terfokus untuk mencari-cari solusi atas permasalahan itu. 

Dan sampai saat ini pun permasalahan itu tak kunjung selesai. Ada banyak hati terluka karenanya, ada kemarahan-kemarahan tak terbendung, ada kepanikan dan kekhawatiran yang semakin menggunung. Saya salah satu yang ikut merasakan itu semua. 

Seberapa pun permasalahan itu, saya kembali push diri saya, kelewat maksa untuk berani terlihat baik-baik saja. Tapi, saya tak punya pilihan lagi. Saya tak ingin merengek-rengek dan membuat saya semakin lemah. Saya hanya punya pilihan untuk tetap melalui hari-hari saya dengan baik, saya harus tetap bersosialisasi, saya harus bisa tersenyum, memeluk dan berterimakasih pada hati saya untuk kelapangannya. 

Untuk setiap torehan yang saya terima. Untuk luka yang berkali-kali terbuka. Untuk air mata yang pernah menetes. Untuk  kejatuhan-kejatuhan yang membuat hati saya koyak dan tak bisa kembali seperti semula. Saya tidak ingin menyerah. 

Saya mau untuk terus berjuang. Entah sampai kapan, saya tidak tau. 7 tahun bukan waktu yang singkat, jika saya bisa melalui 7 tahun itu, untuk tahun-tahun kedepannya pun saya pasti bisa menghadapinya. Saya tidak ingin menyerah karna Tuhan selalu bersama saya.

Ay. 

Tuesday, July 21, 2015

Perempuan Itu..

Seorang perempuan menangis di dalam kamarnya. Hatinya begitu sakit. Dia sudah menepuk-nepuk dadanya, tapi rasa sakit itu tak kunjung hilang. 

Banyak hal yang terjadi dalam hidup perempuan itu. Suka dan duka. Tawa dan tangis. Dia pandai menutupi luka dan hanya membagikan tawa untuk orang-orang di sekitarnya. 

Perempuan itu selalu bilang pada dirinya," kamu kuat, kamu tidak boleh lemah." 

Begitulah hari-harinya dilalui. Selalu tersenyum, selalu ceria. Dia menguatkan diri sampai batas yang tak terhingga.

Namun ada kalanya perempuan itu tidak kuat menahan sakit dan hanya bisa menangis dalam diam. Dia mencoba menahannya sendiri tanpa mengijinkan orang lain tau. 

Kesakitan-kesakitan itu dia terimanya.

1-2 hal terjadi yang membuatnya menangis karna dia berfikir belum menjadi orang yang baik, orang yang bisa dibanggakan, orang yang layak. 

Perempuan itu pernah bilang pada Tuhannya, "Tuhan, egois kah kalau aku meminta untuk meringankan bebanku? Jika ya, aku terima itu. Tetapi tolong bantu aku membahagiakan orang-orang yang aku sayangi. Biarlah aku saja yang merasakan kesakitan ini."

Perempuan itu sadar tentang tanggung jawab yang dia miliki. Tidak tertulis memang, tetapi dia mengambil tanggung jawab yang begitu banyaknya. Sampai-sampai dirinya lelah. 

Ps: Tuhan sayang sama kamu, percayalah.

Friday, July 10, 2015

Random Post in July

Seperti judulnya, postingan kali ini bakalan random banget. Yah sesuka hati saya aja nulisnya. Hehehe. Ini aja gak tau mau cerita yang mana dulu~ 

Hmm.. gimana dari 'lingkungan dapat merubah gaya hidup dan cara pandang seseorang'? Topiknya berat ya? Kayak judul skripsi anak psikologis. :p 

Well, tapi memang itu yang saya alami dan mungkin diantara kalianpun demikian. Kalau saya flashback, banyak sekali yang berubah dalam diri sana. Gak di semua bagian memang. Tepatnya dari dua tahun trakhir ini banyak hal yang mengubah saya, mengubah cara pandang saya. 

Dulunya saya orang yang santai, kelewat santai malah. Menggampangkan semua hal, kerjaannya haha hihi, nongkrong sana-sini, males-malesan, gak pusingin ini-itu. Titik balik hidup saya adalah ketika kenaikan semester 4 semasa kuliah. Dari sana saya mulai berubah, saya mulai belajar bertanggungjawab atas hidup saya. 

Tapi baru dua tahun terakhir ini yang benar-benar berasa. Sampai saya bertanya ke diri saya: kok lo bisa begini ya? Kok lo jadi kritis banget sih? Dan pertanyaan lainnya. 

Bahkan di tahun ini saya amat suka belajar. Apa pun itu. Saya banyak baca perkembangan dunia, politik, ekonomi - hal yang dulu males saya ketahui. Saya mulai banyak mengamati, mulai mendengarkan hal-hal yang dulu tidak ingin saya dengar. Saya terus push diri untuk mencapai target. Saya terus menata diri dan masa depan saya. 

Bertanggungjawab atas diri sendiri erat kaitannya dengan memilih pasangan hidup (yak, ini curcol banget). Hahaha 

Banyak teman-teman saya yang komentar gini: lo cari cowok yang kayak gimana sih? Nyets, semua laki lo tolak! Te, lo cari cowok yang sempurna ya? Jadi cewek tuh jangan pinter-pinter banget te, susah cari cowok.

Aduh. Saya boleh tertawa gak? 

Jadi cewek tuh jangan pinter-pinter banget te, susah cari cowok.
What a small brain! .___. Ya ampun kok bisa-bisanya ngomong gitu. Emang mau ya punya cewek bodoh? Yang ditanya apa-apa gak ngerti? Cuma cowo arogan dan berotak sempit yang cari cewe bodoh. Biar bisa dibego-begoin ya bro? Cowok yang berotak pasti cari cewek berotak juga. Dear para cewek, jangan demi cowok sampe nurunin kecerdasan ya. Cowok yang berotak pasti akan push ceweknya untuk hidup yang lebih baik lagi, untuk belajar sama-sama, bukannya malah membodohi~ 

Cari cowok yang sempurna? Buat apa? Saya aja masih banyak kekurangan, kok berani-beraninya cari yang sempurna. Lagipula kalau dia sudah sempurna, buat apa butuh saya? Tidak ada kekurangannya yang bisa saya isi. :") 

Nyets, semua laki lo tolak!
Ini kata-kata teman baik saya ketika saya chatting dengan dia. Waktu baca chat dia, saya langsung tertawa. Semua laki? Emang ada segitu banyaknya kah? Haha.

Lo cari cowok yang kayak gimana sih?
Yang bisa diajak ngobrol. Yang tau arah hidupnya mau dibawa ke mana. Yang bertanggungjawab. Udah itu aja~ oh satu lagi, cowok wangi!^^  tapi permasalahannya adalah akhir-akhir ini lelaki yang dekat dengan saya tidak asik diajak ngobrol. Dari ngobrol aja udah gak nyambung, gimana mau mengarah yang lebih jauh?

Oh ya, kemarin itu saya baca-baca ask.fm. Ada satu selebask yang saya follow. Namanya Kent. Anak muda yang smart dan lucu. Oke, saya amat suka dengan jawab-jawaban dia. Ada satu pertanyaan dari followernya yang bikin saya ketawa. Fyi dia baru aja jadian.^^

Tanya: Kak Kent pake pelet apa sih?

Jawab:
1. Baca buku yang banyak biar bisa ngobrol tentang creationism atau neutrino, bukan cuma nanya-nanya, "km lagi apa?" atau "udah mam lom? mam gih tar sakit."
2. Treat her like how you want your daughter to be treated.
Dah dua itu aja peletnya.

Ketika baca point pertama, saya langsung ngakak. Ini kenapa bener banget? Dear para cowok, please banyakin bacaaa. Perluas wawasan. Pertanyaan "kamu lagi apa? Udah makan? Makan gih nanti sakit. Kamu lagi apa? Kamu lagi apa? Kamu lagi apa?" OMG! Its boring question, you know? 

Kalo pertanyaan gini ditanya tiap hari ketika saya masih sekolah, saya akan dengan senang hati menanggapinya. Tapi, kalo sekarang? No. Big no. Ada banyak hal yang lebih seru ketimbang cuma nanya 'kamu udah makan belom?' -__-

Kemarin-kemarin saya sedang dekat dengan cowok. Dia baik. Baik banget malah. Tapi, entah kenapa saya gak ada feel sama sekali. Awalnya, saya paksa diri saya untuk menanggapinya, saya berusaha membuka hati saya dan mengabaikan banyak hal. Tapi, dari sekian banyak obrolan, saya merasa jenuh. Karna ketika saya ngomongin suatu hal, dia gak ngerti, dia gak tau. Setiap harinya cuma nanya: kamu lagi apa? Kamu tadi makan apa? Aku blablabla.. saya bosan. :( jahatnya saya. 

Dan mungkin karna saya juga gak ada feel, saya jadi risih ketika dia banyak sekali melakukan skinship. Noooo... saya gak suka. :(

Sampai akhirnya saya gak tahan dan saya bilang kita gak usah kayak gitu. Biasa aja. Temenan aja. 

Sahabat saya yang geregetan akhirnya mengenalkan saya ke seorang pria. Kali ini bukan saya yang menghindar, tapi si pria ini. Jangan-jangan saya kena karma. Hahaha.. 

Tiga minggu yang lalu. Pria ini ngajak saya keluar makan. Saat makan kita ngobrol banyak hal dan seru. Saya mikir 'nih cowok smart ya! Nyambung diajak ngobrol.' Kemudian detik selanjutnya saya menyesal ngomong itu. Haha. Ada satu topik yang membuat saya gak bisa untuk gak serius. Saya dan dia berbeda pendapat tentang hal ini. Saya gak masalah dengan bedanya pendapat itu, tapi omongannya itu lhooo. 

Seperti pria-pria terpelajar lainnya, omongannya halus, tapi inti dari omongannya adalah: lo tuh bego banget milih hal itu!. 

Saya gak bisa terima. Kesalahan besar ketika dia ngomong gitu. Ditambah dia bilang gini: karna saya pintar, karna saya tau, makanya saya gak memilih hal itu. Astaga! Boleh saya tendang ke jurang gak?? *emosi* Saya paling sebal dengan orang yang 'ngerasa' dirinya pintar. Helow diluar sana banyak yang jauhhhh lebih pintar dari kamu! 

Oh dan akhirnya dia kapok, dia gak kontak saya lagi. Mungkin dia kaget ketemu cewek kayak saya. Mungkin cewek-cewek yang dia kenal sebelumnya gak ada yang sengotot saya. Hahaha.. Padahal walau saya sebal, tapi saya masih mau keep contact lho. :p

Ngomong-ngomong pria menyebalkan, sekitar 3 tahun yang lalu saya mengenal seorang pria. Karna ada satu kejadian yang amat tidak adil buat saya pun juga dia, kita akhirnya gak contact lagi. Saya begitu kehilangan dia. T.T

First impression: cowok sok tau! Rese! Jutek! Nyebelin! Ih amit-amit deh!

Iya ini bukan kayak di ftv-ftv. Tapi tipikal cowok kayak gitu emang ada di dunia nyata kok. Saya pernah mengenalnya. Namanya Dodo. 

Saya masih ingat, pertama kali bertemu di sebuah tempat makan dimsum. Waktu itu kita makan berempat. Dan dia duduk di sebelah saya. Dari obrolan-obrolan pertama tuh asli nyebelin banget. Dari pertemuan pertama itu walau menyebalkan tapi terus berlanjut. Kita jadi temen nongkrong bareng. Saya jadi sadar kalau Dodo ini orangnya menyenangkan. ^^

Kalau sama Dodo, apa aja bisa diobrolin. Kita gak pernah kehabisan topik. Dari mulai obrolin hal remeh-temeh gak penting kayak gosipin artis (ini sih saya yang suka kepo tanya-tanya, karna dia bekerja dibidang entertain yang dekat kaitannya dengan artis. Haha), bahas national geograpic yang kita tonton, sampe topik berbobot yang bikin kepala saya panas karna kebanyakan mikir. Dia tau banyak hal dan dia share itu ke saya. Obrolan seperti: kamu udah makan belom? Gak ada sama sekali~ 

Dia pernah ngomong gini ke saya: kucel, baru kali ini ada orang yang betah lama-lama ngobrol sama gue. Gue gak pernah ngobrol sebanyak ini ke orang lain.

Saya: iya lah! Lo tuh nyebelin dan sok! Makanya orang udah kabur duluan pas pertama kenal lo. Kurang-kurangin lah sifat juteknya. Hahaha

Dia manggil saya kucel lantaran tiap kali ketemu dia, saya gak pernah dandan, selalu dengan muka bantal. (yak, gara-gara nulis ini saya jadi kangen dipanggil 'kucel'. Do, balik kek. Ngobrol kayak dulu lagii.. hiks)

Umur yang udah 25 tahun ini membuat saya semakin picky dengan pasangan hidup. Iya, udah gak jaman nyari cowok cuma sekedar pacar-pacaran. Masa-masa itu udah lewat. Saya pun sudah dalam masa mempersiapkan diri, memperbaiki diri untuk menjadi orang yang lebih layak. Saya ingin ketika bertemu dengan pasangan hidup, kita bisa melakukan banyak hal. Saya ingin menjadi istri yang gak hanya urus rumah tangga, tapi bisa jadi teman diskusi yang baik. Bisa kasih masukan untuk bisnis / pekerjaannya. ^^ 

Kalau dibilang saya berubah. Ya, saya berubah, saya lebih bertanggungjawab dan serius menata hidup saya. Tapi, selebihnya saya masih pribadi yang sama kok. 

Saya masih jail dan iseng. Saya masih suka ngeceng-cengin orang. Saya masih ngakak kalau denger humor yang garing. Meja kerja saya masih berantakan (walau berkali-kali saya rapihkan). Saya tetap gak bisa bahasa inggris. Saya masih lemot kalau kelaparan. Saya masih suka jadi tempat curhatnya orang-orang. Saya masih suka dengan anak kecil. Saya masih gak suka gadget. Saya masih sebal kalau pipi saya dicubit (yang kalo kata mereka: pipi lo gemesin banget. Ih, sebel!), saya masih suka makanan pedas dan tetap tidak suka manis. Saya tetap memilih air putih ketimbang teh atau pun kopi. Yap, saya masih sama kok. Hanya beberapa hal aja yang berubah. :)

Ah ini postingan bener-bener random deh. Gak ada abisnya kalo saya terus tulis. Jadi sebelum saya makin banyak menulis hal-hal lainnya, saya sudahi aja ya.

Btw, hawa-hawa liburan udah terasa banget! Liburan enaknya ke mana ya? :D

Ay.

Monday, June 29, 2015

Seven Stars in the Sky~


 
Hai!^^
 
Sesuai janji, akhirnya cerbung saya publish juga. :D
 
Kalian bisa baca di sini ya: Seven Stars in the Sky
 
Sedikit cerita, sebenarnya cerita ini saya buat ketika masih kuliah. Iya emang udah lama banget ya. Waktu itu cuma bikin sampe 2 part aja terus biasa udah bosen dan males ngelanjutin. :p
 
Kemudian di awal tahun, ketika lagi kepoin laptop sendiri, malah nemuin cerita ini. Dibaca-baca lagi dan akhirnya diniatin buat dilanjutkan. Anggap aja sekalian saya nostalgia jaman kuliah kan? :D
 
Saat ini yang publish di Wattpad baru sampe part 8 dan mudah-mudahan ada waktu buat ngelanjutin. Sahabat saya (Ven), tiap hari ngechat saya dan nodong untuk terus ngelanjutin ceritanya. Terakhir dia chat saya kayak gini: Ehh, cerita lo mana? kok part 8 nya dikit amat??
 
Iya, dia protes lantaran saya amat pelit kata di part 8. Hahaha
 
Sebenarnya saya selalu malu kalau ada orang yang saya kenal baca tulisan saya (entah tulisan di blog Summer3angle, di sini dan sekarang di Wattpad). Jadi kalau ada yang line, whatsapp dan bbm ke saya mengenai tulisan saya, saya masih tetap kaget aja.
 
Pernah suatu kali ketika saya lagi menunggu kereta di stasiun Bandan, ada orang dari belakang yang tiba-tiba ngomong ke saya.
 
Dia: The, lo lagi males update blog ya?
 
Saya: *kaget banget tiba-tiba disapa seperti itu* Hah?? Eh, elo! apa kabar...? Kok lo bisa di sini sih?
 
Yap, dia adalah adik kelas saya semasa sekolah. Dulu kita akrab karna tergabung dalam satu organisasi.
 
Dia: Iya, mobil gue lagi masuk bengkel. Eh, lo lagi males update blog? *dia ngulang pertanyaan*
 
Saya: Lo kok tau gue punya blog?
 
Dia: Gue udah tau lama kali, hiburan banget the pas gue lagi suntuk. Blog lo bikin gue ngakak.
 
Saya: Duh, serius lo baca? anjritt gue maluu.. lo baca blog gue yang di Summer3angle ya?
 
Dia: Iya, gue lebih suka yang di blog Summer, lebih lo banget. kalo blog satunya lagi terlalu galau ah the.
 
Saya: Biar balance makanya gue bikin satu yang lucu, satu yang galau. hahaha.. lo udah baca yang mana aja? ahh gue beneran malu T__T
 
Dia: Banyak banget, kayaknya udah hampir semua gue baca deh. orang gue subcribe juga, jadi kalo ada update dari lo masuk ke email gue.
 
Saya: Hah? anjrit.
 
Dia: pokoknya gue tunggu update lo ya the. gak pake lama.
 
Kadang ada orang-orang yang saya gak sangka nemuin blog saya, teman-teman yang sudah lama gak ketemu~ Walau sebenarnya saya malu, tetapi saya harus siap terima konsekuensinya (dibaca, dinyinyirin, dikomentarin) ketika saya memutuskan menceritakan ini dan itu di blog.
 
Dan untuk kalian yang saya tidak kenal, untuk para blogger yang gak sengaja mampir, untuk para silent readers, makasih banyak ya. Saya selalu senang ketika kalian datang. :)
 
Jangan lupa baca cerita perdana saya ya, di vote juga. hehehe..
 
 
-Ay-