Sunday, August 27, 2017

Menerima Baik dan Buruknya

Saya lupa pernah baca di mana, ada yang bilang bahwa pasanganmu adalah cerminan dirimu sendiri, kamu akan menarik orang yang memang setipe dengan kamu.
 
Saya pernah berpikir: ah, gak mungkin. Pasangan itu kan biasanya saling bertolak belakang, biar saling mengisi. Kalau yang satu pendiam, yang satunya pasti lebih cerewet. Kalau yang satunya kalem, yang satunya pasti galak, dst.
 
Tetapi semakin usia bertambah, dengan berkali-kali mengalami kegagalan cinta (oke, ini saya malah mau menertawai diri saya, kasian banget sih lo), akhirnya membawa saya pada seseorang yang bisa dibilang mirip dengan saya.
 
Kita sama-sama punya selera humor yang receh, punya gombalan-gombalan yang kalau dibaca sama orang lain bisa bikin eneg, kita suka traveling (walau gak punya waktu buat traveling, sedih ya), kita pun punya perencanaan dalam hidup. Dan yang mengkhawatirkan adalah kita sama-sama galak, picky dan keras kepala.
Saya jadi mengingat-ingat, dulu banget waktu masih pake seragam putih abu-abu, saya pernah minta sama Tuhan untuk diberikan pasangan yang galak. Iya, galak. Tapi gak kasar. Kenapa saya minta pasangan yang galak? Soalnya dulu saya ini manja dan plin-plan, perlu orang yang galak dan tegas untuk omelin dan push saya.
Dan belasan tahun kemudian, setelah saya mandiri dan gak plin-plan plus cenderung berubah jadi galak (efek pekerjaan dan pengalaman hidup), Tuhan beneran kasih saya pasangan yang galak lho. Hahaha~~
Kita sama-sama galak, tapi dia lebih galak sih. :p Karena itu lah masing-masing dari kita belajar untuk menerima itu, belajar untuk berkompromi (dan ini bener-bener gak mudah), dan hal yang melegakan adalah ketika ada salah satu dari kita yang mengalah. Mengalah di sini bukan berarti kalah ya, tapi mengalah untuk sama-sama menjadi pemenang. Soalnya kalo satunya menang dan lainnya kalah itu sama aja semuanya kalah. Namanya juga pasangan, menang ya menang bareng, kalah ya kalah bareng.
Kita sama-sama picky. Orang-orang terdekat saya udah hapal kalo saya tuh gak doyan segala jenis bawang (tapi doyan bawang goreng buatan mami saya), gak suka makanan dan minuman yang manis, gak suka coklat, gak doyan wortel tapi kalau disalad masih suka. Dia pun begitu, bedanya dia gak suka sama makanan yang udah dingin, jadi kalau makan kudu dalam keadaan yang hangat, dia gak suka seafood tapi suka udang mayonnaise, dia gak suka bakcang / lemper / arem-arem, tapi kalo dibukain bungkusnya, isinya dikeluarin dan ditaro dipiring, ya dimakan. :p
Kita sama-sama keras kepala. Ini juga salah satu hal yang buat kita sering berdebat, kekeuh dengan pendapat masing-masing. Dan yah, ujung-ujungnya sih salah satu ada yang lebih kalem, lebih tenang.
Kita pun gak sungkan untuk mengucapkan tolong, terima kasih dan maaf. Tiga kata itu memiliki efek yang luar biasa dalam hubungan ini. Mengucapkan terima kasih bahkan untuk hal-hal yang sederhana merupakan bentuk dari kita yang saling menghargai. Mengucapkan maaf (yang sering kali dengan berantem dulu sama ego masing-masing) membuat kita sadar bahwa bahagianya pasangan itu lebih penting dibanding ego kita. Dan sekali pun kita bertengkar, walau masih dengan hati dongkol, kita selalu mengucapkan I love you sebelum pamit tidur (eh.. pernah deh beberapa kali gak bilang I love you :p). 
Dan dengan banyaknya kesamaan sifat, bukanlah hal yang begitu saja mudah dilalui. Ada usaha terus-menerus agar hubungan dapat terus berlanjut.
Saya sendiri pun mau melek semelek-meleknya, saya benar-benar harus tau at least 80% sifat pasangan saya. Jadi, kalau nanti nikah saya gak terlalu kaget. Saya gak mau nantinya punya pikiran: kok dia gini sih? Dulu waktu pacaran gak gini, kok sekarang jadi beda ya.
Apa yang saya suka, apa yang saya gak suka, perlu banget untuk dibicarakan, begitu pun sebaliknya. Dan selama pacaran, menurut saya adalah waktu yang tepat untuk benar-benar tau pasangan kita seperti apa. Karna kalo kata orang-orang yang sudah berkeluarga, biasanya sifat pasangan kita akan berkali-kali lipat keliatan setelah menikah.
Contoh: males mandi. Waktu pacaran sih tutup mata aja, ah cuma males mandi, sepele. Tapi, ketika sudah nikah dan saat pulang ke rumah melihat pasangan lusuh, muka berminyak, rambut lepek berhari-hari gak keramas, bisa bikin pengen ke luar rumah lagi. Ya gak? :p
Eh, itu cuma contoh aja ya. kalo pasangan saya sih hobby mandi tuh dan selalu wangi jadi pengen deket-deket terus. :D
Saya gak bisa merubah sifat pasangan saya. Yang bisa saya lakukan adalah merubah sikap saya dan menerima apa-apa yang gak bisa diubah – karna saya sayang sama dia. Menerima baik dan buruknya pasangan itu bukanlah hal mudah, tapi saya tetap mau belajar menerima tak hanya kebaikannya tapi bagian terburuknya sekali pun.
Happy anniversary Sunjaya Wijono, terima kasih sudah hadir dalam hidup aku, makasih juga selalu ngingetin aku untuk berdoa setiap malam. Semoga gak bosen untuk tetap bersama ya~ :p
 
Love,
Ay.