Belakangan ini banyak hal yang terjadi dalam hidup saya. 25 tahun menjadi titik di mana banyak hal berubah dan semakin kompleks. Gak hanya sekedar galau cinta-cintaan, tapi ada hal yang jauh melebihi itu.
Lo tuh maunya apa sih?
Damai dan bahagia. Sederhana tapi untuk membuatnya perlu effort yang besar. Kalau ketika kecil, dibeliin es krim favorit aja udah bahagia, saat lebih besar, bahagia pun bentuknya sudah berbeda. Tidak sesederhana itu. Kenapa? Karna saya. Kita. Sudah mengalami begitu banyak hal di dalam hidup. Menjadikan bahagia ada pilihan banyak orang termasuk saya.
Banyak hal yang terjadi di dalam hidup saya. Suka dan duka. Saya lebih memilih menceritakan yang baik-baiknya saja. Untuk dukanya sendiri hanya saya bagi ke sedikit orang, itu pun hanya sebagian. Saya tidak ingin orang lain pusing dengan masalah saya dan karna tiap orang memiliki permasalahan. Hanya membagi suka adalah cara saya untuk berani menjadi pribadi yang kuat. Tidak lemah.
Selama saya hidup, tidak jarang saya terpuruk, bahkan di 7 tahun terakhir ini saya benar-benar berjuang. Ada saat-saat di mana saya kecewa dengan Tuhan saya. Ada saat-saat saya meminta kepadanya untuk jangan mempercayakan saya atas begitu banyaknya masalah. Saya hanya manusia. Saya punya kelemahan dan batas.
Tapi, Tuhan mengetuk saya, Dia membuat saya tetap mempercayainya dan meyakinkan saya bahwa Rancangan-Nya bukanlah musibah melainkan damai sejahtera dan percayalah disetiap permasalahan akan ada hal baik setelahnya.
Ada proses untuk saya kembali yakin, kembali percaya bahwa Tuhan saya sayang sama saya, di setiap proses itu lah saya benar-benar diuji. Tidak hanya satu kali, tapi sudah tak terhitung berapa kali saya terjatuh selama 7 tahun ini.
Kali ini pun saya mendapatkan masalah yang besar sampai-sampai saya mau meledak saking tidak kuatnya. Ketika mendapatkannya, lagi-lagi saya marah, saya bilang sama Tuhan saya, kenapa dia tega memberikan saya permasalahan seberat ini, saya tidak mau jadi kuat, saya lelah, saya capek. Kenapa orang lain gak punya masalah seperti saya? Saya selalu berusaha menjadi orang yang baik, tetapi kenapa masih aja dilimpahkan dengan banyak persoalan? Saya kecewa.
Di saat kekecewaan itu memuncak, terlintas satu nama. Fa. Seorang perempuan yang pernah mengalami masalah berat, pernah merasakan jatuh yang teramat sakit, pernah berjuang untuk bangkit dari keterpurukan.
Entah bagaimana, saya menuliskan semuanya padanya, ada bagian dari diri saya yang ingin membagi dan menceritakan hidup saya selama 7 tahun ini dan orang itu adalah dia. Fa.
Bagian lain dari diri saya sebenarnya heran, kenapa saya memilihnya untuk menceritakan hal-hal yang bahkan sahabat dan teman baik saya pun tidak tau sampai sekarang. Saya tidak mengenalnya secara pribadi, tetapi saya sudah mengikuti jejaknya sejak tahun 2013. Saya selalu merasa lebih baik ketika membaca tulisannya.
Saat itu, saya tak meminta banyak, saya hanya minta dia untuk membaca uneg-uneg saya. Tanpa di sangka, esok harinya saya mendapat email balasan dari dia. Saya mendapat penguatan.
"Don't ever think that you are alone facing so many problems. You know you are a good girl, so stay as you are. God's the best planner in the world. Put your trust in Him, okay.
Maybe if oneday you are ready, you can tell everything you ever felt.
Anggaplah semua yang pernah terjadi adalah hadiah dari Tuhan karena kita spesial. Nggak banyak orang yang diberi kesempatan merasakan begitu banyak masalah, saya pun pernah berpikir kenapa masalah di hidup saya tidak kunjung selesai. Tapi kalau saya ingin mereka selesai, berarti saya ingin mati :)" - Fa.
Seketika perasaan saya menghangat. Saya tersenyum membacanya. Tuhan telah mengetuk hati saya melalui kalimat panjang dari Fa. Perasaan saya menjadi jauh lebih bagi. Saya tidak boleh lemah karna Tuhan saya selalu bersama saya.
Namun, lagi-lagi saya kembali terpuruk. Kali ini jaraknya hanya sehari setelah saya mendapat email dari Fa. Saya kembali menerima masalah sampai-sampai saya gak tau lagi gimana menyelesaikannya dan di mana jalan keluarnya.
Satu minggu yang berantakan. Saya mengakuinya. Saya yang biasanya selalu bisa memasang wajah baik-baik saja, kali ini tidak bisa. Saya menjadi sedikit berbicara, tidak banyak berinteraksi dengan orang lain, saya hanya terfokus untuk mencari-cari solusi atas permasalahan itu.
Dan sampai saat ini pun permasalahan itu tak kunjung selesai. Ada banyak hati terluka karenanya, ada kemarahan-kemarahan tak terbendung, ada kepanikan dan kekhawatiran yang semakin menggunung. Saya salah satu yang ikut merasakan itu semua.
Seberapa pun permasalahan itu, saya kembali push diri saya, kelewat maksa untuk berani terlihat baik-baik saja. Tapi, saya tak punya pilihan lagi. Saya tak ingin merengek-rengek dan membuat saya semakin lemah. Saya hanya punya pilihan untuk tetap melalui hari-hari saya dengan baik, saya harus tetap bersosialisasi, saya harus bisa tersenyum, memeluk dan berterimakasih pada hati saya untuk kelapangannya.
Untuk setiap torehan yang saya terima. Untuk luka yang berkali-kali terbuka. Untuk air mata yang pernah menetes. Untuk kejatuhan-kejatuhan yang membuat hati saya koyak dan tak bisa kembali seperti semula. Saya tidak ingin menyerah.
Saya mau untuk terus berjuang. Entah sampai kapan, saya tidak tau. 7 tahun bukan waktu yang singkat, jika saya bisa melalui 7 tahun itu, untuk tahun-tahun kedepannya pun saya pasti bisa menghadapinya. Saya tidak ingin menyerah karna Tuhan selalu bersama saya.
Ay.