Thursday, January 4, 2024

Camping

 

pic from pinterest


Waktu saya SMA, saya termasuk siswi yang aktif ikut kegiatan di sekolah. Sempat ambil beberapa ekskul sekaligus sampai akhirnya saya jatuh hati dengan ekskul Pecinta Alam. Mungkin banyak yang mikir, ngapain cewe ikut kegiatan cowok gitu? Udah panas, cape, gak ada keren-kerennya.


Iya, beberapa teman pernah nanya ke saya, kok bisa sih Ay?


Waktu itu jawaban saya cuma satu: karna saya suka gunung dan bintang.


Dan sebenarnya kenapa saya bisa jatuh hati dengan ekskul itu, pernah suatu kali saat saya kelas 3 SMP, ada perwakilan dari SMA yang datang. Ibu itu menjelaskan program sekolah dan ekskul apa saja yang bisa dipilih kalau masuk ke SMA tersebut. Awalnya saya gak terlalu mendengarkan, tapi, entah kenapa saat membahas ekskul Pecinta Alam, badan saya menjadi tegak dan benar-benar mendengarkan. Saat itu keputusan saya sudah bulat, saya mau masuk ke SMA itu dan ikut ekskul Pecinta Alam. 


Aneh ya? Ada gitu orang pilih sekolah bukan dari program studinya, melainkan gara-gara ekskul yang tidak populer. Haha.


Sebenarnya kalo ditarik lebih jauh lagi, tante saya merupakan alumni sekolah dan saat itu menjadi angkatan ke-2 pecinta alam di sekolah saya. Rasanya memang sudah ada keterkaitan antara saya dengan ekskul itu. :) 


Akhirnya pun saya masuk ke SMA pilihan saya dan tanpa ragu mendaftar ekskul tersebut. Walau sebelumnya sempat berdebat dengan orang tua karna mereka khawatir anaknya nyusahin temen-temennya lantaran saya punya asma. Tapi, saya yakinkan mereka kalo saya akan tau batas, asma saya gak akan kumat dan gak ngerepotin orang lain.


Keputusan ikut ekskul Pecinta Alam adalah keputusan yang tidak pernah saya sesali sampai saat ini. Saya banyak bertemu orang-orang hebat, solider dan tentunya bertemu cinta pertama saya. 😛


Dulu, setiap kali libur semester, saya, teman-teman beserta senior dan alumni sudah pasti camping. Bisa 4 - 5 hari di gunung. Untungnya orang tua saya tipikal yang demokratis, mereka percaya sama saya dan selalu memperbolehkan saya bepergian dan nginap bermalam-malam.


Karna mereka percaya dengan saya, saya pun tidak ada keinginan untuk berbuat aneh-aneh yang akan merusak kepercayaan mereka. Saya tidak pernah keluar jalur. 


Ada moment yang sampai saat ini kalau diingat tetap membuat hati saya hangat. Setiap kali camping, saya sangat suka memandang langit. Dengan jaket tebal, saya keluar dari tenda. Entah duduk atau tiduran, saya menikmati langit di atas ketinggian. Saya selalu kagum dengan kemerlap jutaan bintang. 


Langit yang tidak pernah akan ditemukan di Ibu Kota. Langit yang cerah tanpa polusi. Sehingga kemerlap bintang dapat dilihat dengan jelas. Oh, kalau sedang beruntung, saya dapat melihat bintang jatuh. Dulu, setiap kali saya melihat bintang jatuh, saya langsung memejamkan mata dan memohon doa saya dikabulkan Tuhan. 


Ah saya rindu dengan masa itu. Kapan ya bisa memandang langit penuh bintang dengan hati yang ringan?



Monday, December 11, 2023

Terakhir...

To            : jerom_julius@gmail.com
From        : aeka.aleasha@gmail.com
Subject    : Apa kabar?

Dear Jerom,

Sudah 5 tahun kita tidak pernah bertemu. Ada banyak sekali yang berubah di sini, termasuk kerutan di sudut mataku yang bertambah. Ternyata aku cepat sekali menua ya, sedangkan kamu akan tetap awet muda dan tampan.

Kamu tau, salju pertama telah turun hari ini. Dan setiap tahun, di setiap salju pertama, aku selalu mengingatmu. Tentang bagaimana pertama kali kita bertemu, tentang hari-hari bersama yang kita lalui dengan banyak sekali candaan (yang sebenarnya tidak lucu tapi mampu membuat kita terbahak), tentang hari-hari di mana kita hanya bisa ngobrol via video call, tentang kamu yang suka ngomel kalau aku terlalu banyak makan gorengan sampai-sampai radang tenggorokan dan tentang rencana pernikahan kita di saat malam natal. 

Rasanya baru kemarin kita melaluinya.  Rasanya baru kemarin aku menyesap coklat mint buatanmu. Rasanya baru kemarin aku kekenyangan karna mencoba berbagai roti yang kamu buat, iya kamu suka sekali menjadikanku kelinci percobaan sebelum roti-roti itu dijual di toko rotimu. Ah, aku jadi rindu roti dengan banyak selai kacang dengan taburan pistachio di atas nya. Tidak ada roti yang sama seperti yang kamu buat.

Oya, tanganku kadang masih suka ngilu kalau cuaca terlalu dingin. Tapi, tenang saja, aku rutin ke dokter kok. Kata dokter hal itu masih tergolong wajar dan tidak perlu dikhawatirkan. 

Aku juga sekarang sudah punya penghangat ruangan lho (setelah yang lama rusak dan aku tidak mau membeli yang baru). Suatu kemajuan bukan?

Hmm, Jerom...
Mungkin ini kali terakhir aku mengirimkan email kepadamu.
Aku tidak bisa lagi menuliskannya.
Karna aku tau, kamu mau aku bahagia kan?
Kamu mau aku tidak terus menerus menangisimu?

5 tahun bukanlah waktu yang singkat, tanpamu, 5 tahun belakangan ini berjalan sangat lambat. 

Tapi, saat ini aku sudah bisa menjalani hari-hariku dengan baik.

Dan aku mau ngasih kamu pengumuman, kalau minggu lalu Kaito melamarku. Kamu tidak perlu mengkhawatirkanku lagi. Aku janji padamu untuk menjalani hari dengan bahagia sebanyak-banyaknya dan bersedih secukupnya. Aku tidak akan telat makan lagi. Tenang saja. 

Selamat tinggal Jerom. Terima kasih untuk 2 tahun yang kita lalui bersama. Aku tau kamu sudah mendapatkan kedamaian di sisi Tuhan. 


love,
Aeka


***
Hi, 
ini Ay.

Di tahun 2016, saya pernah menuliskan kisah pertemuan Aeka dengan Jerom. Kemudian, setelah membaca ulang, tangan saya tergerak untuk menuliskan kisah mereka kembali. Dan jadilah tulisan 'Terakhir' ini.

Buat kamu yang pernah merasakan ditinggal orang yang begitu kamu cintai, percayalah di atas sana dia mendoakanmu agar hidup bahagia tanpanya. :)

Love,
Ay


Tuesday, December 5, 2023

Kalung Ikan Berdaun Semanggi

 


17 tahun yang lalu...

*drrtt drrtt* *suara sms masuk*

Ari : Mgu ini ada wkt ga, Ay? 

Sebaris kalimat yang membuat saya tersenyum lebar. Gak menunggu lama, saya langsung membalas pesannya.

Ay: ada ka, aku gk kmn2 koq. knp ka? *sms sent*

Tidak sampai satu menit, ada balasan lagi dari Ka Ari.

Hmm.. tumben banget nih balesnya cepet. Biasanya gue harus menunggu berjam-jam bahkan berhari-hari.

Ari: mau misa sore bareng? gw jemput y

WHAT?? Ka Ari ngajakin gue misa bareng??!!

Aduhhh Tuhan, ini beneran kan ya? Ka Ari gak salah kirim sms kan??

Ay: iya ka, kita misa bareng ya. c u *sms sent*

Saat itu, diusia yang belum genap 17 tahun, menerima sms dari Ka Ari mampu membuat perut saya dipenuhi kupu-kupu. Saya gak berhenti membaca berulang-ulang sms itu. Sms dari cinta pertama saya.

Tiba di hari minggu, layaknya gadis remaja, saya pun sempat kebingungan dalam memilih baju yang mau saya pakai. Rasanya gak ada baju yang cocok. Iya, kebiasaan cewek, lemari baju terisi penuh tapi masih bisa-bisanya bilang gak punya baju. Bener gak? :p

Saya mau terlihat lebih menarik dan ceria. Pikir saya seperti itu. Moment pergi berdua dengan Ka Ari adalah moment yang paling saya tunggu. Karna walau pun sering kali diantar pulang, tapi, kami tidak pernah benar-benar hanya berdua. Selalu ramai dengan teman dan senior lainnya.

Ah, hari itu pun saya luluran. Pokoknya harus wangi!

***

Jam 5 lewat, ada sms dari Ka Ari.

Ka Ari: gw udh d dpn rumah y

Saya buru-buru keluar kamar dan pamit sama papa mama. Saya ijin untuk ikut misa.

"Hai ka," panggilku malu

"Pake helmnya dulu," Ka Ari menyerahkan helm dan saya langsung memakainya.

" Sudah siap?"

"Yuu."

Angin sore yang dingin kala itu menyapu lembut pipi saya, seakan menyapa kalau hari itu adalah hari yang baik. Dan saya mengamininya.

Kami pun sampai di Gereja tepat waktu dan memilih duduk di deretan belakang. Masih ada waktu beberapa menit sebelum misa dimulai dan saya banyak mendengarkan Ka Ari menceritakan tentang keluarganya. Saya jadi semakin tau bahwa Ka Ari sangat menyayangi kedua adiknya. Sungguh beruntung punya kakak. Iya, saya iri. Haha!

Misa pun berjalan selama 60 menit. Sejujurnya saya tidak mendengarkan kotbah Romo saat itu, karna pikiran saya masih melayang, masih gak percaya kalau Ka Ari lebih dulu ngajak saya pergi.

***

"Yu, kita pulang Ay."

Saya pun menganggung. 

Dalam perjalanan pulang, entah mengapa Ka Ari lebih banyak diam, berbeda dengan sebelumnya. Apa ada kata-kata saya yang salah? Entah.

Kami diam-diaman di atas motor sampai saya tidak sadar kalau motor sudah berhenti di depan rumah. 

"Ay, gw punya sesuatu buat lo."  Ka Ari mengeluarkan kotak kecil dari saku jaketnya.

"Bukanya nanti aja di dalam rumah ya, jangan sekarang."

Saya gak tau mau merespon apa. Dan bodohnya, saya menjatuhkan kotak kecil itu hingga isinya keluar.

"Yah, jadi ketauan deh!" Ka Ari terbahak dengan tampang bingungnya saya dan mengambil kotak beserta isi di dalamnya. Ka Ari memasukkannya kembali, menarik tangan saya dan meletakkan kotak kecil itu di tangan saya.

"Jangan sampe jatuh lagi ya. Dan Ay, makasih buat semuanya."

"Semuanya? emang aku berbuat apa buat Ka Ari?"

"Banyak, gak bisa disebutin satu-satu. Cuma mau bilang makasih."

Saya pun tersenyum dan menggenggam erat kotak kecil itu.

"Sana masuk, di sini dingin. Pulang dulu ya." Ka Ari menepuk kepala saya lembut. 

Saya pun tetap berdiri sampai deruan motor Ka Ari tidak terdengar lagi.

***

Sampai di kamar, saya kembali membuka kotak kecil itu dan melihat lebih detail isinya. Dan ternyata sebuah kalung dengan liontin ikan. Uniknya, di dalam perut ikannya, ada daun semanggi, lambang keberuntungan. Saya tersenyum-senyum dan berjanji akan memakai kalung itu di pertemuan kami yang selanjutnya.

Ay: Ka Ari udh smpe rumah? Makasi ka, ak suka bgt sm kalungny *sms sent*

jam 10 malam

*drrtt drrtt* *suara sms masuk*

Ka Ari: gud nite Ay.


***

Ucapan selamat tidur itu adalah kali terakhir sms yang saya terima dari Ka Ari. Sejak hari itu, tak ada satu pun sms saya yang dibalas. Rasanya dunia menjadi hening... Saya tidak mengerti dengan situasinya. Saya hanya bisa mencari tau dari Nina, pacar sahabatnya. Dia, layaknya saya, pun juga bingung dengan perubahan sikap Ka Ari. 

***

Beberapa bulan kemudian...

"Ay... Ay!!" Panggil Nina di saat jam istirahat sekolah.

"Kenapa Na? heboh amat. laper nih, ke kantin yu," ajak saya.

"Ada berita yang lebih penting! gue semalem baru tau dari Ben. Ini tentang Ka Ari."

"Ka Ari kenapa Na? Ada apaa?" Saya melupakan rasa lapar di perut dan mendengarkan dengan seksama kata-kata Nina. 

"Ka Ari.. aduh, ck. Gue bingung ngomongnya."

"Kenapa sih, Na? Gue kan jadi makin penasaran. Kasih tau pliss," saya memohon.

"Ay, jangan kaget ya. Ka Ari... udah punya pacar, temen sekantornya," Ucap Nina dengan nada bersalah. Seakan memberi tahu hal ini pada saya akan membuat saya nelangsa.

"Oh..."

Oh.

Hanya itu kata yang berhasil saya ucapkan. Saya terlalu kaget, sungguh tidak menyangka akan mendengar berita itu.

Pelan-pelan saya mulai mencerna peristiwa di hari terakhir saya bertemu dengan Ka Ari.

 Akhirnya saya paham dengan ucapan: makasih untuk semuanya. 

Akhirnya saya paham arti dari kalung ikan berdaun semanggi itu.

Bahwa Ka Ari ingin mengucapkan perpisahan dengan cara manis yang bisa dia lakukan...

Mungkin memang selama ini cinta saya hanya bertepuk sebelah tangan.

Mungkin Ka Ari hanya melihat saya sebagai sosok adik yang ingin dia jaga, bukan sebagai sosok perempuan yang ingin dijadikan pacar. 

Dan.. kalung ikan berdaun semanggi itu pun tidak pernah saya pakai sekalipun...


***

Hi, Ini Ay,

Hari ini saya sedang mengingat masa-masa sekolah saya. Ada satu kisah lama yang membekas di hati saya. Cinta pertama memang mengesankan ya? Meskipun sudah lama saya melupakan Ka Ari, tapi, kenangannya akan tetap tersimpan baik di sudut kecil di hati saya. Hanya sebagai pengingat bahwa saya pernah jatuh cinta di masa SMA.^^


Love,

Ay

Tuesday, November 28, 2023

Sepi

 


Aku duduk diantara sekumpulan teman-teman yang tertawa riuh sambil sesekali bergosip. Tidak hanya duduk, aku pun ikut nimbrung dan tertawa terbahak dengan lelucon yang dilontarkan. Makan, bertukar cerita dan bergosip. Kegiatan wanita pada umumnya yang aku dan teman-temanku lakukan. 


Seberapapun aku berusaha tertawa, tapi aku tau kalau hatiku kosong. Aku merasa sepi di tengah keramaian. Pernahkah kamu mengalaminya juga?


Sepi yang bahkan kita sendiri tidak sadar namun kian hari kian menggerogoti diri dan meninggalkan lubang hitam yang semakin besar. Sepi di tengah keramaian…


Aku sungguh sulit mengungkapkan apa-apa yang aku rasakan, yang bisa aku lakukan adalah tetap menjadi wanita ceria di depan orang lain, wanita yang tidak terlihat memiliki beban apa pun. Ya, lebih mudah bagiku melakukan itu daripada menceritakan uneg-uneg ini.


Aku sadar, tidak ada tempat untuk aku berpulang. Tidak pada Timo, suamiku sekalipun. Aku tidak dapat menemukan tempat pulang hangat yang dapat mengisi kekosonganku. Bersama Timo, rasa sepi ini malah semakin dalam. Entah apa yang salah, mungkin memang aku memiliki andil dalam rasa sepi yang aku rasakan.


Sepi memang tidak menyenangkan, tapi saat ini yang bisa aku lakukan hanya menerima rasa sepi itu dan menjalani hari-hari seperti biasanya…


-Lana-


***


Hi, ini Ay,


Kita pasti pernah mengalami sepi seperti yang Lana alami, aku pun demikian. Kita tidak dapat serta merta membuang dan menghilangkan rasa sepi itu. Yang bisa kita lakukan adalah menerima dan memeluk sepi itu sampai rasa itu menghilang perlahan… 


Love, Ay



Tuesday, November 21, 2023

Riset

RISET



Tuhan, jika Engkau berkenan, bolehkah kabulkan permintaanku?

Aku ingin kembali ke-7 tahun yang lalu, di mana duniaku (memang tidak baik) tapi, tidak seberantakan ini…


Tuhan, jika Engkau berkenan, bolehkah kabulkan permintaanku?

Aku tidak ingin bertemu dengannya, tolong jangan pertemukanku dengannya entah dibelahan dunia manapun…


Tuhan, jika Engkau berkenan, bolehkah kabulkan permintaanku?

Aku hanya ingin melewati hari-hariku dengan baik, sesekali memeluk kesedihan, kemudian setelahnya bisa tersenyum dengan tulus…


Tuhan, jika Engkau berkenan, bolehkah kabulkan permintaanku?

Kuatkan jiwaku, damaikan hatiku…


-Lana-




 ***

Hi, ini Ay,

Kisah Lana ini akan aku buat beberapa part. Semoga teman-teman dapat merasakan apa yang Lana lalui dan menikmati kisahnya. :)


Love,

Ay

Monday, November 6, 2023

Kehilangan Diri Sendiri...

 


“Aku stress, kenapa sih Tuhan gak pernah adil?!” 


Suatu malam kamu pernah berteriak menyuarakan kalau hidup tidak pernah adil kepadamu. Bahwa keluarga sendiri pun tidak percaya denganmu.


Dan aku… mulai lelah denganmu.


***


“La, suntuk banget. Kurang tidur lo? Apa abis maraton drakor? Kenapa sih diem aja, lemes banget kayak orang gak makan 7 hari.” 

Sisy, temen kantor yang berisiknya seantero jagad, dateng-dateng dengan hujan pertanyaan.


“Aduh, Sy gue lagi gak selera bercanda nih,” balasku dengan enggan.


Melihat aku yang tidak menanggapi pertanyaannya, bukannya menjauh, Sisy malah menarik kursi dan duduk di sebelahku.


“Ada masalah, La? Timo lagi?”


“Hm.. kayaknya gue pengen pisah aja deh, Sy.”


“HAH??? La, lo gak salah? Kenapa sih? Dia selingkuh? Dia ngegebukin lo??” Sisy kumat lagi hebohnya sampe rekan-rekan lain nengok ke arah cubicle kami.


“Maap mentemen, gue lagi gibah dulu,” Sisy cengengesan sambil menangkupkan tangannya, meminta rekan-rekan kerja memakluminya.


“Jadi, La, ada apa?” Seketika ekspresi Sisy berubah menjadi serius.


Aku menghela napas dan mulai menceritakannya…


***

“Kamu tau kan aku tuh udah berusaha banget sama pekerjaan ini, tapi kenapa hasilnya gini-gini aja, kenapa Tuhan jahat banget sama gue?! Gue gak pernah neko-neko, hidup gue lurus, kenapa Dia selalu kasih masalah, selalu kasih cobaan!!”

“Gue cape Tuhan!!!”


Timo teriak tak terkendali sambil memukul-mukul kepala dan dadanya. 


Lana yang melihatnya hanya bisa mematung, tak tau harus berbuat apa. 

Walau pun kejadian ini bukan sekali-dua kali, tapi setiap kali Timo sudah marah-marah dan kecewa akan kehidupannya, Lana tetap tidak menemukan cara untuk menenangkan Timo.


***

“Gue disuru resign Sy. dengan keadaan perekonomian yang kacau balau. Gak mungkin kan?”


“Timo bilang gitu La?”


“Sebenernya udah gak keitung berapa kali dia minta gue buat resign, tapi gue terus nahan-nahan karna gue tau, saat ini dia belum bisa menafkahi 100% keluarga. Apalagi bisnis sedang pasang surut gini. Kalo gue resign, hidup mau gimana? Padahal gue pun kerja biar bisa jadi back up nya dia, kayak sekarang ini. Ketika bisnisnya turun, gue bisa bantu back up kebutuhan keluarga.”


“Lo udah sampein ke dia? Uneg-uneg lo?”


“Sempet, tapi gue kapok.”


Why?


“Makin ke sini tuh Timo gak bisa diajak bicara baik-baik Sy. Even gue cerita gossip-gossip yang nongol di sosmed aja bisa didebatin sama dia. Kayak apa-apa bawaannya emosi. Udah gitu dikit-dikit komplen, hal kecil aja bisa jadi masalah besar.”


“Hmm…dia kayaknya udah di level stress tinggi deh, La.”


“Banget, sampe-sampe stressnya nular ke gue. Lo tau, gue masih bisa waras karna gue masih ngantor, gak kebayang kalo gue cuma di rumah aja bakalan gimana.”


“Terus, sekarang lo mau gimana?”


“Entah Sy, kalo gue bisa ngulang waktu, gue akan memilih tetep single…”


***

7 tahun yang lalu, aku begitu bersyukur memiliki pasangan yang care dan sayang padaku. Dan ketika dia melamarku, aku tidak ragu untuk menerimanya. 


7 tahun kemudian, aku seolah berganti kepribadian. Tidak ada lagi Lana yang ceria, tidak ada lagi Lana yang penuh tawa. Setiap harinya, semakin aku kehilangan diriku sendiri…


***

Hi, ini Ay,

Rasanya menyenangkan sekali ketika punya waktu untuk menulis flash faction ini. Semoga kamu-kamu yang tak sengaja membaca cerita ini diberikan kekuatan ya. Jika kamu mengalami hal yang sama dengan Lana, plis never give up. Tetap sandarkan diri ke Tuhan, karna hanya Tuhan yang bisa nolong kita. Serumit apa pun masalah yang kita miliki. ^^

Love, Ay



Sunday, October 1, 2023

Memaafkan Tetapi Sulit Melupakan

Waktu remaja sampai usia 20an tahun awal, saya banyak sekali memiliki teman. Sahabat, teman baik mau pun teman yang sekedar kenal. Yang ketika berpapasan hanya bertegur sapa kemudian lewat begitu saja.

Tahun demi tahun berlalu, saya merasakan juga apa yang orang lain rasakan. Iya, pertemanan yang semakin mengerucut, circle yang semakin kecil yang hanya diisi oleh orang-orang yang bertahan belasan bahkan puluhan tahun.

Ada satu teman yang saya anggap teman baik saya. Yang suka saya bagi hal-hal receh, ketemu hanya sekedar ngobrol, kulineran dan layaknya cewek pastinya ada sesi-sesi ngomongin cowok. Semenyenangkan itu.

Bahkan saya kenal baik dengan keluarganya dan pernah bilang ke Sun kalo keluarganya salah satu role model saya. Rasanya bahagia aja kalo sampai dewasa bisa makan bareng dan bepergian dengan keluarga tanpa rasa canggung. 

Sampai suatu hari saya berpartner dengan teman saya ini. Tahun-tahun pertama sangat baik, berjalan lancar. Sampai kejadian di awal tahun yang merusak segalanya...

Keluarganya yang saya anggap role model, ternyata tidak lebih dari orang-orang egois dan menganggap saya.... babu. miris.

Terlalu ikut campur, terlalu bossy, padahal kita ini sejajar dan seharusnya saling support, saling bantu. 

Sampai saya bilang ke teman saya untuk bilang ke keluarganya, karna saya pun mengusahakan yang terbaik, saya pun bekerja maksimal agar berjalan dengan smooth. 

Tapi, saya sangat kecewa sekali ketika dia malah membela keluarganya. Satu sisi saya memaklumi, karna darah lebih kental dari air. Tetapi, di sisi lain ini tidak adil, seharusnya dia bisa menjadi penengah bukannya membenarkan hal yang salah.

Selama berhari-hari saya insomnia, kepikiran sekali dan kalau tidur pun tidak nyenyak. Dada saya terlaku sesak atas perlakuan dan perkataan keluarganya. Terlebih adiknya yang mengipas bara api dan malah playing victim. :')

Saya sampai merendahkan diri untuk meminta maaf, yang seharusnya tidak perlu saya lakukan. Tetapi, tetap mereka menekan terus dan tidak merasa puas. 

Meskipun pekerjaan selesai dengan baik, tetapi tidak ada satu pun yang bicara ke saya. 

Mungkin sebenarnya selama 19 tahun ini hanya saya yang menganggap dia teman. 

Mungkin selama 19 tahun ini dia hanya menganggap saya orang yang bisa dimanfaatkan dan diperlakukan semena-mena. 

Bagi saya, 19 tahun bukan waktu yang sebentar. Kalau orang lain yang memperlakukan saya seperti itu, saya akan lebih mudah memaafkan dan melupakan. Tetapi, jika orang terdekat yang melakukannya, sangat sulit untuk saya melupakan.

Bahkan ketika sudah lewat hampir setengah tahun, hati saya masih berat. 

Saya berharap, Tuhan membebaskan saya dari sakit hati ini. Saya ingin suatu hari, ketika bertemu lagi, saya bisa menyambutnya dengan hangat dan senyuman yang ikhlas...