Friday, December 30, 2016

Dear You

Foto dari sini


Hai, cowok pemarah. Apa kabar?
Beberapa hari yang lalu kita sempat bertemu. Kamu menghampiriku dengan muka kusut dan terlihat luar biasa bete. Kamu datang kepadaku dengan rentetan umpatan.
Aku tau kamu marah karna hari itu kamu tidak memenangkan proyek yang telah menyita waktumu selama sebulan terakhir ini. Kamu teramat kecewa. Dan aku tak tau bagaimana cara untuk menghiburmu.
“Gak usah dibahas lagi, oke?” Katamu ketika aku mengajukan beberapa pertanyaan tentang proyek itu.
Aku mengangguk.
Kita sama-sama terdiam.
Dan tiba-tiba kamu memelukku. Pelukan yang membuat dadaku ikut sesak, pelukan yang menggambarkan kelelahanmu. Aku hanya mampu membalas pelukan itu.
Iya, aku tau, aku memang payah dalam menghibur orang. Tapi, kenapa kamu selalu datang kepadaku setiap kamu ingin menumpahkan kekesalanmu?
Iya, aku tau, aku tidak boleh seperti ini.
Aku hanya mau bilang, kamu tidak dapat terus-terusan datang kepadaku. Kemarin itu terakhir kalinya aku menerima ajakanmu untuk bertemu. Aku tidak ingin ada kesalahpahaman, begitu juga kamu kan?
Iya, aku tau, aku egois. Aku tidak ingin terluka.
Dan tak ingin melukai perasaan pacarmu.
Baik-baiklah padanya. Dan mungkin kamu bisa belajar untuk membagi kelelahanmu padanya, perempuan yang telah kamu pilih itu.
Ps: mungkin suatu hari ketika aku sudah memiliki pasangan, kita bisa double date? :p
Love,
Ay.

Friday, December 23, 2016

Cinta yang Baik

Pernah kah kamu melihat seorang ayah yang menggenggam erat tangan anaknya ketika menyebrang jalan? Dia melindungi anak yang disayangnya itu agar tidak terserempet oleh kendaraan yang ugal-ugalan.
 
Pernah kah kamu melihat seorang ibu yang begitu khawatir ketika mendapati anaknya sakit? Dia orang yang paling sibuk, tidak beristirahat hanya demi menjaga anaknya dan sigap apabila anaknya itu butuh minum atau pun mengganti kompresnya.
Bersyukurlah apabila kamu memiliki orang tua yang begitu cinta dan mengasihimu. Karna cinta yang baik akan selalu membawa ketenangan dan rasa aman.
Dan bagaimana dengan pasangan?
Temukanlah dia yang memang mencintaimu dengan baik, menyayangimu dengan tulus dan tentunya menghargaimu dengan pantas. Dia yang selalu setia ada dalam situasi seburuk apa pun, dia yang dapat mengendalikan diri dan tidak mengambil apa yang seharusnya dia jaga sebelum waktunya.
Temukan dia yang dapat membawamu menjadi pribadi yang lebih baik dari sekarang.
Klise, Ay. Memangnya masih ada orang yang seperti itu?
Pasti ada. Tetapi sebelumnya, layakkanlah dirimu agar dapat dicintai secara pantas.
Saya selalu percaya, orang yang baik itu pasti akan dipertemukan dengan yang baik pula. Dan Tuhan tidak pernah salah memberi.
Ps: Happy Christmas!^^ Semoga menemukan cinta yang baik. :)
Love,
Ay.  

Wednesday, December 21, 2016

Sebaiknya Pergi


 

*berusaha tidak banyak menghela napas*
 
Di Bulan Desember ini saya lumayan ketar-ketir sama kerjaan. Hawa-hawanya sih udah liburan banget, tapi pekerjaan banyak menyita pikiran saya. Kadang bisa galau sendiri, sampai saya gak bisa deskripsikan gimana rasanya.
 
Selama sekitar 3.5 tahun saya kerja di kantor yang sekarang, divisi saya isinya hanya saya seorang. Saya juga heran sih kenapa saya bisa tahan selama ini. Hehehe~
 
Sampai sekitar 4 bulan yang lalu saya diberikan 1 staff untuk membantu saya, karna memang ada project baru yang gak mungkin saya kerjakan sendiri. Saya cukup cocok dengan staff ini, kerjanya gesit dan cepat belajar, saya sangat terbantu dengan kehadirannya. Tapi, di satu sisi ada kekhawatiran tentang: bakalan betah gak ya dia?
 
Karna untuk pekerjaan yang satu itu, saya akui, pekerjaan yang monoton dan menjenuhkan dan benar-benar butuh orang yang memang gak mudah bosan. Sayangnya saya meragukan apa dia mampu bertahan.
 
Dan kekhawatiran itu terjawab ketika dia selesai masa percobaan selama 3 bulan, bagian HR meminta dia untuk lanjut dan menjadi karyawan tetap, tetapi dia gak bisa jawab, galau mau lanjut apa gak.
 
Awalnya saya pun berusaha untuk meyakinkan dia, menjelaskan ke depannya akan seperti apa sih, fasilitas apa yang didapat ketika menjadi karyawan tetap. Saya berusaha untuk menahannya agar tidak keluar.
 
Saya cukup lega ketika minggu lalu dia bilang kalau dia mau coba lanjut. Dia bilang lanjut, tapi saya lihat wajahnya gak benar-benar yakin. Dan kemarin, dia bilang lagi ke saya kalau dia mutusin untuk keluar per 30 Desember ini. Walau saya cocok dengannya, saya sudah tidak ada keinginan untuk menahannya, karna saya tau, hatinya udah gak di sini lagi.
 
Bukan salahnya untuk memutuskan keluar, memang pekerjaannya yang tidak cocok dengannya.
 
Ah, saya harus mulai kembali menyeleksi calon-calon staff yang baru dan mengulang mengajari kembali. Mudah-mudahan yang selanjutnya dapat bertahan dan tidak mudah bosan.
 
Ps: Karena memang sebaiknya pergi ketika hati sudah tidak berada di sini…
 
Love,
Ay. 

Friday, December 16, 2016

Tentang Keimanan

Hari ini sebenarnya jadwal saya publish fiksi mini, tapi skip dulu yaa~ Soalnya saya mau cerita tentang apa yang saya dapat kemarin.

Di bulan desember ini, setiap gereja Katolik di dunia menerima orang-orang yang ingin melakukan pengakuan dosa. Dan kemarin rabu, pulang dari kantor, saya mampir ke gereja. Ketika sampai di gereja, saya bertemu seorang cici yang dulu sama-sama pelayanan bareng saya, dia senior saya. Awalnya saya mau say hi aja ke dia, karna tujuan saya ke gereja kan mau pengakuan dosa. Tapi, kita malah asik sharing.

Kadang Tuhan itu ngasih jawaban dan pengingat di orang yang tak terduga ya. Dari obrolan saya dengan si cici, beberapa kali saya berusaha menahan air mata, gak tau kenapa bawaannya pengen mewek aja. Dia sharing tentang kesetiaan dan kepatuhan, hati hamba, Bunda Maria, sakramen-sakramen dan berkat-berkat dari setiap hal kecil dalam hidup kita.

The, kita harus menyerahkan hal sekecil apa pun ke Tuhan, dan kamu akan merasakan berkat-berkat-Nya dalam hidup kamu.

Salah satu hal yang gua bangga jadi Katolik, kita punya sosok Bunda Maria. Dia manusia biasa, The. Dia tau gimana sakit hati dan sedihnya kita karna Dia pernah menjadi manusia biasa. Gua sering cerita ke Dia, gua pernah sakit hati dan benci banget sama seseorang sampe gua gak bisa nyanyiin doa Bapa Kami ketika misa, mulut gua gak bisa berucap. Dan gua dipulihkan ketika gua doa di Goa Maria, Dia angkat segala kesakitan dan rasa benci gua. Gua bisa kembali nyanyiin Doa Bapa Kami. Gua bisa mengampuni orang itu.

Gua pernah bilang di awal pacaran sama si koko (suaminya), kalo gua cinta Tuhan gua lebih dulu dibanding gua cinta sama lu dan gua gak mungkin pindah agama. Dan gua gak mau meninggalkan Tuhan gua.

Setiap agama itu punya ajaran yang baik, tapi kita harus tetap setia dengan agama kita. ingat-ingat setiap berkat yang terjadi dalam hidup kita. Tapi, kalo hubungan kita gak dekat sama Tuhan, kita mudah goyah, kita mudah berpindah-pindah agama dan kita akan terus ‘mencari’.

Ada banyak obrolan dan sharing lainnya antara saya dan si cici. Setiap ucapannya itu seperti pengingat untuk saya tetap setia dan menyerahkan segala hal kepada Tuhan saya. Semalaman dan sampai keesokannya saya banyak memikirkan obrolan itu.

Banyak hal yang terjadi dalam hidup saya, jatuh – bangun yang berdarah-darah, keputus-asaan, ketidak-adilan, tersisihkan dan kalau saya tidak berserah pada-Nya, entah apa jadinya saya. Disetiap permasalahan, saya diberikan penguatan. Disetiap perkara, ada hal baik setelahnya. Dan di dalam banyak hal, saya didewasakan.

Setelah obrolan-obrolan dengan si cici, saya pun masuk ke dalam gereja untuk nunggu giliran pengakuan dosa. Saya kira Romo akan memberikan penitensi yang panjang, tetapi saya hanya disuru baca tentang “pembawa damai”.

Cara Tuhan emang ajaib ya, Dia mengingatkan saya untuk menjadi pembawa damai, Dia tau sekali kalau belakangan ini saya menjadi orang yang gak sabaran, gak ada damai dalam hati saya. Saya jadi ingat kata-kata seorang Romo: keKatolikan itu membawa damai, kalau kamu belum menjadi pembawa damai, kamu belum Katolik.

Seakan belum cukup, Tuhan kembali mengingatkan saya dari komsel yang semalam saya datangi. Ada salah satu teman gereja yang dulu juga pelayanan bareng, dia beberapa kali ngajak saya komsel di satu komunitas di daerah Jakarta barat, saya selalu gak bisa. Dan ketika akhir bulan lalu teman saya ajakin lagi, saya mikir-mikir, hmm.. ya bole deh ikutan, toh udah lama gak komsel.

Tau apa tema yang diangkat? Tentang kebaikan Tuhan dalam hidup kita.

Setiap orang (termasuk saya) menceritakan kebaikan-kebaikan Tuhan yang kita alami. Di setiap kebaikan yang diceritakan, saya mendapatkan penguatan.

Ditambah lagi pembicara dalam komsel itu menceritakan tentang tahun kerahiman ilahi yang walau pun sudah selesai di bulan November kemarin, tetapi masih digemakan di gereja-gereja. Dia juga menceritakan tentang warna yang dipakai dalam minggu ke-4 masa Adven (menjelang Natal), yang mana digereja Katolik menggunakan warna rose yang melambangkan Immortal Love, cinta yang tak berkesudahan, cinta-Nya Tuhan kepada kita yang tak terbatas. Saya benar-benar trenyuh mendengarnya, pengen mewek lagi tapi karna gengsi, jadi nahan-nahan air mata.. Haha.. (Iya, saya cengeng ya~)

Dia juga menceritakan tentang Bunda Maria dan cara Tuhan yang unik kenapa memilih Maria untuk mengandung Yesus, padahal Maria itu miskin, buat lahiran aja gak punya uang, dan berakhir harus melahirkan di sebuah kandang, meletakkan Yesus di palungan. Tuhan bisa aja menunjuk perempuan yang lebih wah, melahirkan di tempat yang layak agar setiap orang mengakui Yesus. Tetapi, Tuhan ingin mengajarkan kita tentang kerendahan hati dan berserah pada-Nya. Disetiap penolakan-penolakan dan keputusasaan, berserah pada-Nya, percayakan segala permasalahan pada-Nya, karna akan ada hal luar biasa setelahnya.

Palungan itu sebuah tempat untuk menampung makanan, dan ketika Yesus dilahirkan di palungan, menandakan bahkan berkat yang melimpah untuk orang-orang yang percaya pada-Nya. Kita punya pilihan untuk menerima Tuhan dan masuk dalam kerahimannya di mana kita akan merasakan damai sejahtera serta suka cita, atau menolak Tuhan dan hidup dalam kesengsaraan.

Akhirnya saya tau kenapa belakangan ini saya sering resah dan khawatir, karna saya jauh dari-Nya, saya menjaga jarak pada-Nya. Dan dari kejadian kemarin-kemarin, Tuhan menyentil saya, mengingatkan saya untuk menyerahkan segala kekhawatiran saya pada-Nya. Saya juga mau bilang makasih untuk orang-orang yang menjadi ‘jembatan’ untuk saya kembali mendekat pada Tuhan. :)

Bulan Desember udah berjalan 16 hari, dan di sisanya saya ingin belajar untuk semakin dekat pada-Nya. :’)

Love,
Ay.

Friday, December 9, 2016

Hi!



Foto dari sini

To           : aeka.aleasha@gmail.com
From       : jerom_julius@gmail.com
Subject   : Hi!

Dear Aeka,

Saya Jerom and we don’t know each other, tapi kalau kamu menyadari ada laki-laki yang mengantri persis di belakangmu waktu di toko buku, it’s me. Saya mau bilang kalau member card kamu ada di saya, petugas kasir saat itu tidak sengaja memasukkannya ke dalam kantong belanjaan saya. maaf baru memberikan kabar. Can we meet? Saya ingin mengembalikannya padamu.

To            : jerom_julius@gmail.com
From        : aeka.aleasha@gmail.com
Subject    : Re:Hi!

Hallo Jerom,

Makasi sudah mengabari aku. Aku sempat panik lho karna tidak menemukan kartu itu. Kita bertemu di toko buku yang kemarin aja gimana? Kamis jam 7 malam. Let me know ya kamu bisa apa enggak. : )
 

To           : aeka.aleasha@gmail.com
From       : jerom_julius@gmail.com
Subject    : Re: Re: Hi!

Dear Aeka,

Okay, see you on Thursday. :)

 
Hi.”
“Jerom?”
Yes.”
“Aku Aeka,” ucapku sambil menyodorkan tangan.
“Jerom,” balasnya singkat dengan senyum yang membuat hatiku menghangat.
“Makasi ya, maaf juga udah repotin kamu.”
“Kamu tidak merepotkan sama sekali, saya happy bisa bertemu kamu.”
Jerom, may I ask you something?
Ya?
Where  are you from? Bahasa kamu kaku,” kataku memberanikan diri.
Ah, yeah. Sorry, saya masih harus belajar bahasa. Dari kecil saya tinggal di Austria.”
I see…” kataku paham.

Ada jeda setelahnya sampai Jerom memulai percakapan lagi..

“Aeka, kamu ada waktu? Mau dinner dengan saya? saya masih ingin berbincang denganmu.”

Seakan ada banyak kupu-kupu terbang di dalam perut, aku hanya mampu mengangguk dan tersenyum.

Malam itu kami habiskan dengan berbincang-bincang tentang buku dan film favorit. Sesekali aku menertawakan bahasanya yang kaku dan berantakan dan dia pun ikut menertawakan dirinya sendiri.

Dan sepotong red velvet cake menjadi penutup manis malam itu.

 
“Aeka, can we meet again?”

 

Love,
Ay.

Friday, December 2, 2016

Dia yang Telah Menggantikanmu


Foto dari sini

Satu-satunya hal yang aku sesali adalah aku tidak bisa lagi menjadi tempat untuk berbagi kelelahanmu. Maaf. 

“Kamu kenapa melamun?”

“Hm? Oh..”

“Nah,  kan. Lamunin apa sih?”

“Ng.. itu..”

“Gak apa-apa kalau kamu gak mau cerita, tapi sekarang kita tidur yuk. Sudah lewat tengah malam.”

Dia membenarkan selimut yang aku pakai.
 
“Selamat tidur sayang,” ucapnya setelah mengecup dahiku. Dia kembali menarik selimutnya sampai di atas dada.

Aku meliriknya yang telah memejamkan mata.

I love you,” bisikku kecil.

Aku pun memejamkan mata dan berusaha untuk tidur. Masih ada waktu 6 jam sebelum kereta berhenti di kota tujuan kami.
 
Love,
Ay.

Thursday, December 1, 2016

December :)




Uwaaaaa!! Desember!!!
Bulan Desember selalu bisa buat saya jatuh hati tanpa alasan lho. Bayangin pohon Natal aja udah seneng banget. :D
Kalo diingat-ingat, waktu kecil saya punya impian untuk bisa pergi ke London, merayakan Christmas Eve di gereja bergaya Eropa yang warm, menyanyikan lagu-lagu khas Natal seperti Silent Night dan Noel. Oh, tentunya karna sedang winter, saya mau mengenakan boat hitam, coat panjang berwarna coklat tua, scarf biru muda dan sarung tangan. :p
Setelahnya, saya ingin berjalan-jalan keliling kota dan menikmati jalanan yang dipenuhi dengan tumpukan salju, lampu-lampu dan ornament natal. Kemudian mampir ke kedai kopi terdekat untuk memesan segelas peppermint tea panas dan croissant. Sekalian numpang untuk menghangatkan diri. Hehehe…
Ngimpi banget ya? kayaknya sih efek dulu tiap libur sekolah itu selalu nonton Home Alone deh. Kalian pernah berangan-angan seperti itu gak sih? :D
Sebenarnya ketika saya menulis ini, saya sedang sakit. Gara-gara semingguan kemarin saya sering kehujanan ketika pulang dari kantor. Jadinya saya flu berat, sakit kepala dan ditambah radang tenggorokan. Lengkap deh.
Walau sakit, tetap gak mengurangi rasa suka saya sama bulan Desember. Kalo dipikir-pikir lagi, udah lama saya gak menghabiskan waktu untuk membaca. Bahkan ada 1 buku yang saya beli di bulan Agustus dan belum saya selesaikan sampai sekarang. T_T
Jadi saya berencana di bulan ini mau cari waktu 1 hari untuk me time di bookstore favorit saya. Biasanya di bulan Desember, di sana jual yang namanya blind books. Jadi ada paket-paket buku yang sudah dibungkus kertas kado cantik dan kita tidak tau isi di dalamnya. Udah lama juga gak kasih kado buat diri sendiri, sepertinya blind books bakalan jadi kado natal yang cocok. Habis itu saya ingin mampir ah ke kedai susu yang juga favorit saya. wah, gak sabar! :D
Di bulan Desember ini saya berharap bisa lebih bahagia dari bulan-bulan sebelumnya. Udah punya beberapa rencana untuk mengisi weekend. Pokoknya saya mau berbahagia sebanyak-banyaknya. :D
Ps: kamu yang baca ini juga harus bisa membahagiakan diri ya. ^^


Love,

Ay.                                                                                                                                                                          

Friday, November 25, 2016

Kamu

Foto dari sini
 

Aku sering meminta banyak kepada Tuhan. Meminta ini dan itu. Kemudian, Dia merangkumkannya ke dalam seorang pria. Kamu.
Terima kasih telah membuatku percaya bahwa tidak apa-apa untuk meletakkan segala keresahan pada seseorang. Tidak apa-apa mempercayakan hati yang sudah banyak tambalannya ini pada seseorang. Dan tidak apa-apa membagi hari-hari yang tidak selalu berjalan dengan mulus, kepada seseorang.
Terima kasih telah datang dan (semoga) terus menetap. :)


Love,
Ay.



Friday, November 18, 2016

Gula Kapas


Foto dari sini
 
Hari ini aku kembali ke sini. Sendiri. Tempat ini tak banyak berubah. Anak-anak berseragam putih merah berhamburan keluar dari kelas ketika bel istirahat berbunyi. Aku tersenyum melihat wajah-wajah polos mereka. Dan tanpa sadar, aku mengamati apa-apa yang anak-anak itu lakukan. Semuanya berlarian ke pedagang yang menjajakan makanan khas anak sekolah. Anak laki-laki tambun asik mendorong temannya yang lebih kecil agar bisa duluan membeli. Adegan saling dorong pun terjadi. Keduanya tidak terlihat marah, malah tertawa-tawa.

Anak-anak perempuan banyak mengerubuti pedangan yang berjualan kue cubit. "Abang, kuenya setengah mateng ya!" Pesan seorang anak perempuan berambut keriting dengan suara nyaring.

Ada juga yang asik dengan seplastik es teh manis. Minuman yang cocok dicuaca yang panas ini.

Aku berjalan, menghampiri seorang pedagang yang hanya dihampiri 3 pembeli, 4 dengan aku. Jualannya tidak seramai pedagang lainnya. Aku pun menunggu sampai ketiga anak itu selesai membeli.

"Saya mau satu ya."

Aku menyodorkan selembar uang lima ribu dan pedagang itu menyodorkan pesananku.

Rasa manis langsung memenuhi mulutku ketika gula-gula kapas itu masuk ke dalam mulut. Rasanya masih sama seperti dulu. Yang berbeda hanya kali ini aku menikmatinya sendirian dan tidak berbagi denganmu.

Aku tidak mengharapkan kamu kembali. Tidak. Dan kamu tau itu. Aku hanya sekedar mengingat masa-masa ketika dulu kita pernah tertawa-tawa melihat kelakuan lucu anak-anak sekolah dan menikmati manisnya gula kapas yang rasanya selalu sama tetapi kita tak pernah bosan membelinya setiap kita mampir ke sekolah ini. Selalu... Tak pernah bosan...



Love,
Ay.

Monday, November 14, 2016

Menjadi Manusia yang Pantas

Suatu kali ada yang pernah bertanya kepada saya, apa saya yakin bisa menjadi ibu yang baik untuk anak-anak saya kelak?

Pertanyaan itu benar-benar saya pikirkan dan membuat saya bercermin. Kembali saya mengulang pertanyaan itu dalam pikiran saya. Yakin kah? Bisa kah?

Banyak diantara teman-teman saya yang sudah menikah dan memiliki anak. Sebagian menyesal karna memutuskan menikah terlalu cepat dan tidak siap ketika harus menjadi seorang ibu, yang waktunya banyak terkuras untuk mengurus anak dan merasa tidak sebebas dan sesantai dulu. Ada yang sampai stress, ditambah dengan si suami yang tidak mau membantunya menggantikan popok atau memberikan susu ketika anak mereka terbangun dan menangis di malam hari.
 
Tetapi ada pula yang merasa jauh lebih bahagia ketika seorang anak hadir di dalam keluarga mereka. Si istri yang iklas memberikan tenaga, pikiran dan waktunya untuk anak yang disayangnya. Juga si suami yang selalu semangat ketika waktunya pulang, karna tandanya dia akan segera bertemu dengan istri dan anak yang dia kasihi. Dia pun tidak tinggal diam ketika anak mereka terbangun di tengah malam, dia siap menggendong dan menidurkan kembali anaknya.
 
Dan bagaimana dengan saya?
 
Saya tidak bisa bilang kalau saya yakin dapat mengurus anak dengan baik, karna saya belum menikah, apalagi punya anak. Saya belum tau rasanya bagaimana menjadi seorang ibu. Tetapi, ketika nantinya menikah dan Tuhan mengijinkan untuk saya menjadi seorang ibu, saya akan berusaha menjadi ibu yang pantas untuk mereka, mengajarkan kebaikan-kebaikan dan tentunya menjadikan mereka anak-anak yang takut akan Tuhan. Syukur-syukur ketika mereka menginjak dewasa, mereka aktif dalam pelayanan di gereja. ^^
 
Saya tau tidaklah mudah pun juga sesederhana itu. Ada harga yang mahal dan kelapangan dada yang besar. Seorang teman pernah bilang ke saya: kalau udah nikah, kita sebagai istri bertugas memberikan yang terbaik dari diri kita tanpa pamrih, itu tantangannya, the.
 
Balik ke anak, sering saya dengar perkataan ‘anak adalah cerminan orang tuanya’. Oleh karenanya, yang bisa saya lakukan dari sekarang adalah belajar untuk memantaskan diri saya.
 
Ps1: jangan mengharapkan dan mengharuskan orang lain untuk berubah, kitanya yang harus berubah. Kita punya kendali penuh atas diri kita, kita lah juga yang menentukan mau berubah menjadi orang yang seperti apa. Atau tetap terus-terusan mengharapkan orang lain berubah untuk kita (yang ada bakalan makan ati :p).   
 
Ps2: pantaskan lah diri kita, dan Tuhan akan melayakkan hidupmu ^^

*bonus*

Ketika menulis ini, saya sempat membuka instagram dan menemukan cuplikan wawancara Song Ilkook, seorang ayah yang memiliki 3 anak kembar). Baru kali ini saya mendengar ucapan itu keluar dari mulut seorang pria~


Ps: semoga setiap laki-laki yang baca postingan ini dapat menangkap apa yang dikatakan Song Ilkook :)
Love,
Ay.

Friday, November 11, 2016

If Only...


Foto dari sini
 

Beberapa waktu yang lalu, aku melewati gang rumahmu ketika aku ingin pergi ke suatu tempat. Sekilas aku melihat rumahmu, dengan pagar berwarna hitam yang menjulang tinggi, yang dibuat agar tidak ada satu orang pun dapat mengintip ke dalam rumah.
Sudah berapa lama ya kita tak bertemu dan bertegur sapa? 2 tahun? 3 tahun? Mungkin lebih. Aku tak pernah tau seperti apa kamu yang sekarang. Apakah sudah mendapatkan pekerjaan yang baik. Apakah sudah menemukan orang yang dapat mengisi hari-harimu. Apakah sudah merencanakan masa depan dengan pantas. Atau kamu masih seperti dulu yang aku kenal? Entah. Aku tidak tau.
Di hari-hari yang lalu, kita pernah menghabiskan banyak waktu bersama. Selalu menyempatkan untuk bertemu setiap akhir pekan. Tau apa yang aku suka darimu? Kamu selalu menepati janji dan tidak pernah terlambat untuk menjemputku. Dan aku berterimakasih untuk itu. Oh, dan aku suka parfum yang kamu pakai. Selalu membuatku nyaman ketika wangi itu terhirup dan masuk ke dalam hidung bersama dengan oksigen lainnya.
Ada kalanya, ketika kamu sedang kacau, kamu akan banyak merokok. Seakan lupa bahwa aku amat tidak suka dengan bau rokok – dan biasanya kamu tidak merokok di depanku. Tetapi, aku memakluminya. Aku bisa mentolerir itu. Kenapa? Karna aku tidak ingin bertengkar hanya karna asap rokok yang membuatku terbatuk. Aku hanya terlalu menyayangimu.
Aku tak dapat menghitung berapa banyak pertemuan kita, sudah terlalu banyak. Aku pun tak dapat menghitung seberapa banyak kita tertawa dengan lelucon-lelucon garing yang sebenarnya tidak lucu. Dan aku juga tak dapat menghitung berapa banyak wanita yang chat kamu sampai kamu perlu bantuanku untuk membalas semua chat itu.
Dan kita pernah bilang, that’s what friend are for. Saling membantu, bahkan sampai keurusan laki-laki maupun wanita yang mendekati kita.
Sampai suatu kejadian yang membuat kita saling menghilang dari kehidupan masing-masing. Dan kita lupa dengan hari-hari yang lalu. Ego kita mengalahkan rasa sayang. Kita tak mampu untuk hanya sekedar bertegur sapa.
Seandainya waktu bisa diulang...
Apakah kita bisa kembali seperti dulu?
 
Love,
Ay.

Friday, November 4, 2016

Boleh?

foto dari sini
 
"Kamu kenapa?"

"Lagi gak mood. Hehe..” ucapku sedatar mungkin.
 
"Karna apa?"
 
"Hm… Gak deh, gak usah dibahas."
 
"Yakin?"
 
"Iya."          
 
"Baiklah kalo begitu," katamu sambil tersenyum, kemudian kembali fokus menyetir.
 
Aku terdiam, pikiranku sibuk dengan apa-apa yang sudah kami obrolkan sebelumnya.
 
"Sayang, aku tau kamu lagi gak baik-baik aja. Kasih tau ke aku kenapa kamu bete. Bukan karna aku kan?" Tanyamu yang tak tahan dengan keheningan yang tercipta.
 
"Kalo aku bete karna kamu gimana?"
 
"Aku ada salah ngomong? Bagian yang mana?"
 
Aku menimbang-nimbang sebelum menjawab, "boleh aku minta satu hal sama kamu?"
 
"Apa?"
 
"Boleh gak untuk gak bahas mantan kamu di depan aku?"
 
"Hahahahahaha," kamu tertawa lebar sambil mengacak-acak rambutku, "yang, kamu cemburu ya?"
 
Aku menggeleng dan tidak ikut tertawa.
 
"Aku gak pernah cemburu sama mantan-mantan kamu, karna itu udah lewat. Kamu pernah ngitung gak seberapa sering kamu bahas Yuna di depan aku? Aku gak pernah ngitungin, tapi hampir disetiap kita bertemu, kamu pasti menyelipkan kisah kamu sama dia - sebanyak itu. Dan kamu selalu terlihat excited setiap kali bercerita tentang dia. Aku gak cemburu. Aku hanya berpikir, mungkin kamu lebih cocok bersama perempuan seperti dia, yang menggebu-gebu dan menuruti apa-apa yang kamu inginkan. Aku jauh dari kriteria itu. Tapi, kamu tau aku serius dengan hubungan kita, boleh gak aku minta tolong untuk gak bahas mantan kamu lagi?"

Dan seandainya kamu terus seperti ini, mungkin aku perlu mempertimbangkan kembali hubungan ini. Aku gak bisa menjadi seperti Yuna, maaf. Lanjutku dalam hati.

 
Love,
Ay.


Tuesday, November 1, 2016

November

Foto dari sini
 
Beberapa minggu belakangan ini banyak hal yang saya pikirkan. Tentang saya dan masa depan saya. Ada kekhawatiran-kekhawatiran yang sulit saya ungkapkan dan saya memilih mengabaikannya sejenak. Karna ada hal-hal lain yang perlu saya pikirkan dan kerjakan. Singkatnya, di Bulan Oktober kemarin saya banyak berpikir.
 
Saya bersyukur karna punya Tuhan yang sayang sama saya. Saya tau segala kekhawatiran yang saya abaikan itu nantinya akan terjawab tepat pada waktuNya. Yang bisa saya lakukan adalah tetap berusaha menjadi orang yang baik. :')
 
Di bulan ini pun saya akan sangat disibukkan oleh kerjaan kantor dan persiapan rapat kerja tahunan. Wah, saya selalu pusing deh setiap kali mau rapat kerja. Tapi, mau gak mau harus tetap dijalankan , kan?
 
Bulan November bukan bulan favorit saya sih, tetapi bulan ini mengingatkan saya kalau sebentar lagi akan memasuki Desember. Pohon cemara. Kado. Santa Claus. Natal. Dan saya selalu suka bulan Desember walaupun ada kejadian baik dan buruk, tidak mengurangi rasa suka saya.^^
 
Saya tidak banyak berharap di bulan ini, tetapi saya tetap mau belajar untuk terus menjadi orang yang semakin baik, patuh dan tunduk dengan perintahNya dan tetap percaya kalau Tuhan saya tidak pernah meninggalkan saya di situasi apa pun. :')
 
Selamat datang November, jangan galak-galak sama saya ya. :p
 
Love,
Ay


Friday, October 28, 2016

Seperti Itu...

 
Foto dari sini
 
Bagaimana aku dimatamu?
 
Suatu kali kamu pernah menanyakan hal itu padaku.
 
Kunang-kunang. Kamu pernah melihatnya?
 
Yang selalu bisa menghiasi kegelapan dengan kerlip kekuningan.
Yang selalu membuat hatiku dialiri perasaan hangat yang menyenangkan setiap kali melihat kerlipannya.
Yang selalu bisa menjadi penerang agar dapat melihat jalan setapak dan tidak tersesat.
 
Seperti itulah...
Kamu dimataku. :)
 
Ay.


Friday, October 21, 2016

Kamu Hanya Terlalu Takut

Foto dari sini
“La, sampai kapan kamu mau sendiri?”

“Entah lah, aku gak tau.”

“Sebegitu susahnya membuka hati untuk laki-laki?”

“Ada banyak hal, Mel. Banyak hal yang gak bisa aku ungkapin. Hal-hal yang membuat aku takut untuk mempercayakan hati aku ke orang lain.”

“Dan banyak yang kamu tutupin juga dari aku. Coba terbuka, La. Jangan disimpan sendirian.”

“Aku gak bisa..”

“Kamu bukannya gak bisa, kamu hanya terlalu takut orang-orang pergi ketika tau tentang dirimu kan?”

“Kamu… Kenapa kamu bisa tau?”

“Kita sudah sahabatan lama, La. Aku hanya menebak-nebak karna kamu gak pernah menceritakan apa-apanya secara jelas.”

“Maaf ya, Mel. Benar, aku terlalu takut. Aku takut orang lain ikut terluka karna aku. Aku terlalu takut untuk dipandang penuh simpati oleh orang lain.”

“Berdamailah dengan masa lalumu, La. Kamu gak bisa terus-terusan hidup dengan luka yang terus berdarah. Kamu bisa melakukannya, kamu hanya terlalu takut untuk memulainya kembali.”

Love,
Ay.

Friday, October 14, 2016

Dandelion

 
Foto dari sini
 
 
Aku menyukai bunga Dandelion. Bunga dari rumput liar yang seringkali diabaikan oleh orang lain, yang tumbuh di semak belukar dan bahkan di tanah yang tandus.
 
Tau kah kau, setiap aku menemukan Dandelion, aku akan memetiknya sebatang dan meniupkannya. Aku suka ketika melihat bibit-bibit bunga itu terbang terbawa angin, entah ke mana.
 
Seperti itu lah, aku akan melakukannya saat ingin melepaskan sesuatu yang begitu menyesakkan. Melepaskan kesesakkan itu agar terbang menjauh. Juga ketika aku ingin merelakan hal-hal yang telah terjadi. Dan kau adalah salah satu hal yang ingin aku relakan untuk pergi...

Love,
Ay.