Salah satu tempat yang saya tidak suka adalah rumah sakit. Saya pernah berpikir, saya tidak mau sampai jatuh sakit dan harus diopname. Saya hanya ingin dirawat di rumah sakit ketika nanti saya melahirkan. Pengecualian yang membuat saya nantinya berani dihadapkan dengan ranjang rumah sakit, darah dan jarum suntik.
Dan tentunya saya pun tidak mengharapkan keluarga saya sakit sampai harus dirawat di rumah sakit.
Nyatanya, harapan saya mustahil.
Bisa dibilang, libur lebaran kali ini adalah libur yang gak akan bisa saya lupakan dalam hidup saya. Papi saya harus dilarikan ke rumah sakit ketika saya sedang jauh dari rumah. Saya sedang mengikuti seminar gereja di puncak selama 3 hari. Keadaan papi saya memang tidak terlalu baik saat saya pamit untuk pergi. Tetapi saya gak menyangka kalau papi saya memiliki sakit yang parah. Ada indikasi gagal jantung karna jantungnya mengalami pembekakan.
Saya amat khawatir dan gak bisa berpikir. Begitu gelisah dan hanya bisa minta Tuhan untuk sembuhkan papi saya, untuk menyadarkan papi saya kalau Tuhan kita selalu ada dalam situasi apa pun.
Papi saya ternyata mengidap penyakit menahun yang tidak terasa dan tau-tau menjadi parah, membuat papi saya masuk dalam masa kritis. Tidak sadarkan diri selama seharian. Yang bisa saya lakukan adalah terus berdoa dan meminta orang-orang disekitar saya untuk bantu doa. Saya sampai gak tau lagi mau meminta apa sama Tuhan, akhirnya saya cuma bisa bilang: Tuhan... Tolong...
Tau kah kalau kuasa doa itu menyembuhkan? Saya mengalaminya. Papi saya hanya dirawat semalam saja di ICU, masa kritisnya sudah lewat. Tau apa yang terjadi kalau papi saya masih kritis? Dia harus ditanamkan alat pacu jantung. Dan kita gak punya uang sekian ratus juta untuk biaya itu.
Lagi-lagi Tuhan saya baik, Dia menjawab segala permohonan saya untuk kesembuhan papi saya. Kian hari kondisi papi saya semakin baik. Ah ya, baru kali ini saya menginap di rumah sakit sampai 5 malam. Hari-hari yang teramat melelahkan. Tetapi, banyak orang yang menguatkan, banyak doa-doa baik untuk kesembuhan papi saya. Saat itu saya sadar, masih banyak orang yang peduli.
Untuk tiap orang yang menyempatkan datang, terima kasih.
Untuk tiap doa yang diselipkan untuk kesembuhan papi saya, terima kasih.
Saya gak mungkin sekuat ini tanpa banyaknya dukungan.
Dan saya lega, akhirnya kemarin saya bisa urus kepulangan papi saya. Dia sudah boleh keluar dari rumah sakit. Dan saya tidak ingin kembali lagi ke rumah sakit dalam waktu dekat.
Saya gak bisa berkata banyak, saya hanya bisa bersyukur karna Tuhan saya baik.
Ay.