“When I see your sad
tears, what I must do is unclear. I assure you my shoulder will be always there
for you..” – Orion
“ Lin,” panggil Orion.
“ Hai, Ri.” balas Lin dengan senyum yang dipaksakan.
“ Hari ini kan hari selasa, kenapa kamu datang
ke sini? “
“ Kamu juga kenapa ada di sini?”
“ Entahlah. Rasanya ada sesuatu yang menarikku
ke sini. Radarku kuat ya, ternyata kamu ada di sini juga. “ Orion mencoba
mencairkan suasana.
Sepasang ayunan di taman kecil. Tempat pertama
Lin dan Orion bertemu. Kini menjadi tempat yang setiap sabtunya selalu mereka
kunjungi demi mencari ketenangan dan pendar Polaris di langit malam.
“ Aku lelah… “ jawab Lin, kemudian mengayuhkan
ayunannya. Pelan.
Ada jeda panjang. Orion tau, Lin tidak mau
diganggu saat ini. Dia hanya memerlukan seseorang duduk diam di sampingnya.
Lin yang menatap langit dengan pandangan kosong
dan Orion yang tidak dapat melepas matanya dari wajah muram disampingnya.
Lin semakin mendongakkan kepalanya, memaksa air
mata yang sudah menggenang agar tidak terjatuh. Namun gaya gravitasi tak bisa
dikalahkan.
“Lin…”
“Jangan dekati aku, Ri. Aku malu.” Lin tidak
ingin Orion melihatnya menangis.
“ Aku tidak akan melihatmu menangis, Lin.
Menangislah sampai kamu merasa lega.” Orion berdiri memunggungi Lin.Tanpa dapat ditahan lagi, Lin menjatuhkan banyak air mata. Lin memeluk Orion dan melepaskan rasa sakitnya kepada punggung yang kokoh itu.
Tangis Lin kemudian berubah menjadi isakan kecil
dan akhirnya berhenti, namun Lin masih memeluk punggung Orion, masih ingin
bersembunyi di sana.
“ Makasih…Ri” ucap Lin, lirih.
“ Untuk apa? Aku tak melakukan apapun untukmu”
“ Banyak Ri, makasi untuk diammu menemaniku
dan untuk punggung ini..”
Orion berbalik, menatap mata sembab Lin, “ Percayakah
kamu padaku? Beban yang kamu tanggung terlalu berat, Lin. Berbagilah, aku disini
untukmu.”
“Bisakah aku percaya padamu?” Lin balik bertanya
dan dibalas dengan anggukan mantap oleh Orion.
Catlin yang selalu menyembunyikan isi hatinya,
menyembunyikan permasalahan-permasalahan hidupnya, sedikit demi sedikit mulai
mengungkapkannya. Benar kata Orion, dia sudah terlalu lama berjuang sendiri,
terlalu banyak beban yang dia tanggung sendirian. Dia memerlukan orang lain
untuk berbagi dan Orion adalah orang yang tepat.
“Maaf ya Orion, aku cengeng banget. Gak
seharusnya nangis,” ucap Lin setelah berbagi banyak hal dengan Orion.
“Gak ada yang salah dengan menangis, Lin. Makasi
kamu percaya padaku. Jangan ada lagi
yang ditutup-tutupin ya, Lin. Sekarang, tidak hanya di hari sabtu saja, tapi
kita bisa bertemu kapanpun. Dan mudah-mudahan aku bisa selalu menepati setiap janji
bertemu kita di hari-hari yang akan datang.”
Lin mengangguk. Hatinya lega.
“Hei, bintang polarisnya muncul!” seru Orion
sambil menunjuk langit.
Polaris. Si Bintang
Harapan. Kini aku punya 2 Polaris, yang dilangit dan di hadapanku. – Catlin
I’ll spend every second
of my life, to try and make you happy all the time. Just know that I’ll be
there for you – Orion
*Terinspirasi dari lagu I’ll be there for you – Han Byul.
Kisah Catlin dan Orion lainnya : Bintang PalingTerang
Ciciiiiik...... Ijin share/repost cerita ini di aomagz yah.... Nanti bakal kami post tanggal 24 desember, dan nanti nama cici bakal dicantumin kok sebagaai nama penulisnya,... Makasih sebelumnya... ^_^
ReplyDeleteIjin share ya di aomagz, the. Hehehe. Tar nama lu kucantumin,
Delete