Beberapa hari
yang lalu saya membeli komik Hi, Miiko edisi terbaru. Saya salah satu fansnya
Miiko dan Tappei, dua tokoh utama, anak SD yang diam-diam saling menyukai. Di
dalamnya ada satu cerita tentang Valentine, ketika Miiko (si tokoh anak
perempuan) sedang galau ingin memberikan apa kepada Tappei. Miiko ini
menganggap Tappei teman yang spesial, dia gak sadar kalau sebenarnya dia suka dengan Tappei. Begitu pun sebaliknya,
Tappei yang cuek dan suka iseng ke Miiko sebenarnya orang yang paling
memperhatikan Miiko.
Balik ke cerita,
sehari sebelum Valentine Miiko sibuk membuat coklat untuk dibagikan kepada
teman-teman sekelasnya. Tetapi Miiko ingin memberikan tambahan hadiah kepada
Tappei. Singkat cerita, dia pergi ke toko pernak-pernik dan melihat beberapa
gadis SMP yang sibuk memilih sapu tangan cantik untuk diberikan ke laki-laki
yang mereka sukai. Miiko pun ikut-ikutan membeli sapu tangan.
Besoknya dia
kasih coklat dan sapu tangan kepada Tappei. Oh ya, gak hanya Miiko yang
menyukai tappei, tapi ada satu teman sekelasnya juga yang suka dengan Tappei,
anak itu pun memberikan sapu tangan! Dan ternyata keesokan harinya lagi, Tappei
malah pakai sapu tangan yang anak itu berikan. Miiko jadi bete, dia sedih
melihat Tappei gak memakai pemberian.
Ono Eriko,
pengarang Hai, Miiko memang sering memberikan akhir cerita yang tidak disangka.
Kenapa Tappei gak memakai sapu tangan pemberian Miiko? Saya berpikir awalnya
Tappei sayang untuk menggunakannya dan dia simpan sapu tangan pemberian Miiko
agar tidak kotor dan rusak. Ternyata tebakan saya salah total.
Miiko ini emang
ceroboh, jadi yang dia beli itu bukan sapu tangan melainkan……. Celana dalam!
Hahahahahahahaha.. aduh, dodol banget. Ternyata rak celana dalam dan sapu
tangan ditempatkan bersebelahan dan dilipat dengan bentuk yang sama. Jadilah
bukannya beli sapu tangan, Miiko malah beli celana dalam. Diakhir cerita,
Tappei berbicara dalam hatinya: dasar
Miiko, ini aku pakai kok tapi gimana bisa nunjukkinnya.
Cerita yang
manis dan selalu bisa bikin saya senyum-senyum sendiri. Gara-gara cerita itu,
saya jadi berpikir: kapan terakhir lo ngerasa
jatuh cinta?
Saya tidak
ingat. Iya, saya tidak mengingat dengan baik kapan saya jatuh cinta. Saya tidak
ingat kapan saya menjadi gugup, salah tingkah dan banyak kupu-kupu beterbangan
di dalam perut. Kapan ya? Saya lupa lho.
Ada begitu
banyak hal yang terjadi, ada hal-hal lain yang membuat saya lupa rasanya jatuh
cinta. Bahkan di tahun lalu, ketika ada seseorang yang ingin mengajak saya
serius, komit dan merencanakan masa depan bersama pun tidak dapat menggerakkan
hati saya. Saya tidak dapat jatuh cinta padanya. Seberapa pun dia berusaha
meyakinkan saya dan seberapa pun saya berusaha untuk menerima semua
kebaikannya, tetap tidak dapat membuat saya jatuh hati padanya. Maaf.
Saya tidak mudah
meletakkan dan mempercayakan hati saya kepada orang lain. Dan mungkin juga,
ketika diumur yang sekarang, jatuh cinta versinya bukan lagi tentang salah
tingkah, gugup dan deg-degan. Kalau dulu saya pernah bilang begini: gue butuh cowok yang bisa kasih tegangan
tinggi biar bisa menggetarkan hati gue. Tetapi sekarang saya tidak
membutuhkannya lagi. Ada hal-hal yang lebih principal ketimbang rasa yang hanya
sementara itu.
“Karena jatuh cinta itu temporary, gak bertahan lama. Nanti
itu akan berganti menjadi komitmen. Lo gak bisa berharap jatuh cinta selamanya.
Cinta itu punya tanggal kadaluarsanya.” – Tirta
Ehm, tapi saya mau
lho merasakan lagi rasa yang punya masa expirednya itu. :p
Ay.