Monday, December 11, 2023

Terakhir...

To            : jerom_julius@gmail.com
From        : aeka.aleasha@gmail.com
Subject    : Apa kabar?

Dear Jerom,

Sudah 5 tahun kita tidak pernah bertemu. Ada banyak sekali yang berubah di sini, termasuk kerutan di sudut mataku yang bertambah. Ternyata aku cepat sekali menua ya, sedangkan kamu akan tetap awet muda dan tampan.

Kamu tau, salju pertama telah turun hari ini. Dan setiap tahun, di setiap salju pertama, aku selalu mengingatmu. Tentang bagaimana pertama kali kita bertemu, tentang hari-hari bersama yang kita lalui dengan banyak sekali candaan (yang sebenarnya tidak lucu tapi mampu membuat kita terbahak), tentang hari-hari di mana kita hanya bisa ngobrol via video call, tentang kamu yang suka ngomel kalau aku terlalu banyak makan gorengan sampai-sampai radang tenggorokan dan tentang rencana pernikahan kita di saat malam natal. 

Rasanya baru kemarin kita melaluinya.  Rasanya baru kemarin aku menyesap coklat mint buatanmu. Rasanya baru kemarin aku kekenyangan karna mencoba berbagai roti yang kamu buat, iya kamu suka sekali menjadikanku kelinci percobaan sebelum roti-roti itu dijual di toko rotimu. Ah, aku jadi rindu roti dengan banyak selai kacang dengan taburan pistachio di atas nya. Tidak ada roti yang sama seperti yang kamu buat.

Oya, tanganku kadang masih suka ngilu kalau cuaca terlalu dingin. Tapi, tenang saja, aku rutin ke dokter kok. Kata dokter hal itu masih tergolong wajar dan tidak perlu dikhawatirkan. 

Aku juga sekarang sudah punya penghangat ruangan lho (setelah yang lama rusak dan aku tidak mau membeli yang baru). Suatu kemajuan bukan?

Hmm, Jerom...
Mungkin ini kali terakhir aku mengirimkan email kepadamu.
Aku tidak bisa lagi menuliskannya.
Karna aku tau, kamu mau aku bahagia kan?
Kamu mau aku tidak terus menerus menangisimu?

5 tahun bukanlah waktu yang singkat, tanpamu, 5 tahun belakangan ini berjalan sangat lambat. 

Tapi, saat ini aku sudah bisa menjalani hari-hariku dengan baik.

Dan aku mau ngasih kamu pengumuman, kalau minggu lalu Kaito melamarku. Kamu tidak perlu mengkhawatirkanku lagi. Aku janji padamu untuk menjalani hari dengan bahagia sebanyak-banyaknya dan bersedih secukupnya. Aku tidak akan telat makan lagi. Tenang saja. 

Selamat tinggal Jerom. Terima kasih untuk 2 tahun yang kita lalui bersama. Aku tau kamu sudah mendapatkan kedamaian di sisi Tuhan. 


love,
Aeka


***
Hi, 
ini Ay.

Di tahun 2016, saya pernah menuliskan kisah pertemuan Aeka dengan Jerom. Kemudian, setelah membaca ulang, tangan saya tergerak untuk menuliskan kisah mereka kembali. Dan jadilah tulisan 'Terakhir' ini.

Buat kamu yang pernah merasakan ditinggal orang yang begitu kamu cintai, percayalah di atas sana dia mendoakanmu agar hidup bahagia tanpanya. :)

Love,
Ay


Tuesday, December 5, 2023

Kalung Ikan Berdaun Semanggi

 


17 tahun yang lalu...

*drrtt drrtt* *suara sms masuk*

Ari : Mgu ini ada wkt ga, Ay? 

Sebaris kalimat yang membuat saya tersenyum lebar. Gak menunggu lama, saya langsung membalas pesannya.

Ay: ada ka, aku gk kmn2 koq. knp ka? *sms sent*

Tidak sampai satu menit, ada balasan lagi dari Ka Ari.

Hmm.. tumben banget nih balesnya cepet. Biasanya gue harus menunggu berjam-jam bahkan berhari-hari.

Ari: mau misa sore bareng? gw jemput y

WHAT?? Ka Ari ngajakin gue misa bareng??!!

Aduhhh Tuhan, ini beneran kan ya? Ka Ari gak salah kirim sms kan??

Ay: iya ka, kita misa bareng ya. c u *sms sent*

Saat itu, diusia yang belum genap 17 tahun, menerima sms dari Ka Ari mampu membuat perut saya dipenuhi kupu-kupu. Saya gak berhenti membaca berulang-ulang sms itu. Sms dari cinta pertama saya.

Tiba di hari minggu, layaknya gadis remaja, saya pun sempat kebingungan dalam memilih baju yang mau saya pakai. Rasanya gak ada baju yang cocok. Iya, kebiasaan cewek, lemari baju terisi penuh tapi masih bisa-bisanya bilang gak punya baju. Bener gak? :p

Saya mau terlihat lebih menarik dan ceria. Pikir saya seperti itu. Moment pergi berdua dengan Ka Ari adalah moment yang paling saya tunggu. Karna walau pun sering kali diantar pulang, tapi, kami tidak pernah benar-benar hanya berdua. Selalu ramai dengan teman dan senior lainnya.

Ah, hari itu pun saya luluran. Pokoknya harus wangi!

***

Jam 5 lewat, ada sms dari Ka Ari.

Ka Ari: gw udh d dpn rumah y

Saya buru-buru keluar kamar dan pamit sama papa mama. Saya ijin untuk ikut misa.

"Hai ka," panggilku malu

"Pake helmnya dulu," Ka Ari menyerahkan helm dan saya langsung memakainya.

" Sudah siap?"

"Yuu."

Angin sore yang dingin kala itu menyapu lembut pipi saya, seakan menyapa kalau hari itu adalah hari yang baik. Dan saya mengamininya.

Kami pun sampai di Gereja tepat waktu dan memilih duduk di deretan belakang. Masih ada waktu beberapa menit sebelum misa dimulai dan saya banyak mendengarkan Ka Ari menceritakan tentang keluarganya. Saya jadi semakin tau bahwa Ka Ari sangat menyayangi kedua adiknya. Sungguh beruntung punya kakak. Iya, saya iri. Haha!

Misa pun berjalan selama 60 menit. Sejujurnya saya tidak mendengarkan kotbah Romo saat itu, karna pikiran saya masih melayang, masih gak percaya kalau Ka Ari lebih dulu ngajak saya pergi.

***

"Yu, kita pulang Ay."

Saya pun menganggung. 

Dalam perjalanan pulang, entah mengapa Ka Ari lebih banyak diam, berbeda dengan sebelumnya. Apa ada kata-kata saya yang salah? Entah.

Kami diam-diaman di atas motor sampai saya tidak sadar kalau motor sudah berhenti di depan rumah. 

"Ay, gw punya sesuatu buat lo."  Ka Ari mengeluarkan kotak kecil dari saku jaketnya.

"Bukanya nanti aja di dalam rumah ya, jangan sekarang."

Saya gak tau mau merespon apa. Dan bodohnya, saya menjatuhkan kotak kecil itu hingga isinya keluar.

"Yah, jadi ketauan deh!" Ka Ari terbahak dengan tampang bingungnya saya dan mengambil kotak beserta isi di dalamnya. Ka Ari memasukkannya kembali, menarik tangan saya dan meletakkan kotak kecil itu di tangan saya.

"Jangan sampe jatuh lagi ya. Dan Ay, makasih buat semuanya."

"Semuanya? emang aku berbuat apa buat Ka Ari?"

"Banyak, gak bisa disebutin satu-satu. Cuma mau bilang makasih."

Saya pun tersenyum dan menggenggam erat kotak kecil itu.

"Sana masuk, di sini dingin. Pulang dulu ya." Ka Ari menepuk kepala saya lembut. 

Saya pun tetap berdiri sampai deruan motor Ka Ari tidak terdengar lagi.

***

Sampai di kamar, saya kembali membuka kotak kecil itu dan melihat lebih detail isinya. Dan ternyata sebuah kalung dengan liontin ikan. Uniknya, di dalam perut ikannya, ada daun semanggi, lambang keberuntungan. Saya tersenyum-senyum dan berjanji akan memakai kalung itu di pertemuan kami yang selanjutnya.

Ay: Ka Ari udh smpe rumah? Makasi ka, ak suka bgt sm kalungny *sms sent*

jam 10 malam

*drrtt drrtt* *suara sms masuk*

Ka Ari: gud nite Ay.


***

Ucapan selamat tidur itu adalah kali terakhir sms yang saya terima dari Ka Ari. Sejak hari itu, tak ada satu pun sms saya yang dibalas. Rasanya dunia menjadi hening... Saya tidak mengerti dengan situasinya. Saya hanya bisa mencari tau dari Nina, pacar sahabatnya. Dia, layaknya saya, pun juga bingung dengan perubahan sikap Ka Ari. 

***

Beberapa bulan kemudian...

"Ay... Ay!!" Panggil Nina di saat jam istirahat sekolah.

"Kenapa Na? heboh amat. laper nih, ke kantin yu," ajak saya.

"Ada berita yang lebih penting! gue semalem baru tau dari Ben. Ini tentang Ka Ari."

"Ka Ari kenapa Na? Ada apaa?" Saya melupakan rasa lapar di perut dan mendengarkan dengan seksama kata-kata Nina. 

"Ka Ari.. aduh, ck. Gue bingung ngomongnya."

"Kenapa sih, Na? Gue kan jadi makin penasaran. Kasih tau pliss," saya memohon.

"Ay, jangan kaget ya. Ka Ari... udah punya pacar, temen sekantornya," Ucap Nina dengan nada bersalah. Seakan memberi tahu hal ini pada saya akan membuat saya nelangsa.

"Oh..."

Oh.

Hanya itu kata yang berhasil saya ucapkan. Saya terlalu kaget, sungguh tidak menyangka akan mendengar berita itu.

Pelan-pelan saya mulai mencerna peristiwa di hari terakhir saya bertemu dengan Ka Ari.

 Akhirnya saya paham dengan ucapan: makasih untuk semuanya. 

Akhirnya saya paham arti dari kalung ikan berdaun semanggi itu.

Bahwa Ka Ari ingin mengucapkan perpisahan dengan cara manis yang bisa dia lakukan...

Mungkin memang selama ini cinta saya hanya bertepuk sebelah tangan.

Mungkin Ka Ari hanya melihat saya sebagai sosok adik yang ingin dia jaga, bukan sebagai sosok perempuan yang ingin dijadikan pacar. 

Dan.. kalung ikan berdaun semanggi itu pun tidak pernah saya pakai sekalipun...


***

Hi, Ini Ay,

Hari ini saya sedang mengingat masa-masa sekolah saya. Ada satu kisah lama yang membekas di hati saya. Cinta pertama memang mengesankan ya? Meskipun sudah lama saya melupakan Ka Ari, tapi, kenangannya akan tetap tersimpan baik di sudut kecil di hati saya. Hanya sebagai pengingat bahwa saya pernah jatuh cinta di masa SMA.^^


Love,

Ay

Sunday, October 1, 2023

Memaafkan Tetapi Sulit Melupakan

Waktu remaja sampai usia 20an tahun awal, saya banyak sekali memiliki teman. Sahabat, teman baik mau pun teman yang sekedar kenal. Yang ketika berpapasan hanya bertegur sapa kemudian lewat begitu saja.

Tahun demi tahun berlalu, saya merasakan juga apa yang orang lain rasakan. Iya, pertemanan yang semakin mengerucut, circle yang semakin kecil yang hanya diisi oleh orang-orang yang bertahan belasan bahkan puluhan tahun.

Ada satu teman yang saya anggap teman baik saya. Yang suka saya bagi hal-hal receh, ketemu hanya sekedar ngobrol, kulineran dan layaknya cewek pastinya ada sesi-sesi ngomongin cowok. Semenyenangkan itu.

Bahkan saya kenal baik dengan keluarganya dan pernah bilang ke Sun kalo keluarganya salah satu role model saya. Rasanya bahagia aja kalo sampai dewasa bisa makan bareng dan bepergian dengan keluarga tanpa rasa canggung. 

Sampai suatu hari saya berpartner dengan teman saya ini. Tahun-tahun pertama sangat baik, berjalan lancar. Sampai kejadian di awal tahun yang merusak segalanya...

Keluarganya yang saya anggap role model, ternyata tidak lebih dari orang-orang egois dan menganggap saya.... babu. miris.

Terlalu ikut campur, terlalu bossy, padahal kita ini sejajar dan seharusnya saling support, saling bantu. 

Sampai saya bilang ke teman saya untuk bilang ke keluarganya, karna saya pun mengusahakan yang terbaik, saya pun bekerja maksimal agar berjalan dengan smooth. 

Tapi, saya sangat kecewa sekali ketika dia malah membela keluarganya. Satu sisi saya memaklumi, karna darah lebih kental dari air. Tetapi, di sisi lain ini tidak adil, seharusnya dia bisa menjadi penengah bukannya membenarkan hal yang salah.

Selama berhari-hari saya insomnia, kepikiran sekali dan kalau tidur pun tidak nyenyak. Dada saya terlaku sesak atas perlakuan dan perkataan keluarganya. Terlebih adiknya yang mengipas bara api dan malah playing victim. :')

Saya sampai merendahkan diri untuk meminta maaf, yang seharusnya tidak perlu saya lakukan. Tetapi, tetap mereka menekan terus dan tidak merasa puas. 

Meskipun pekerjaan selesai dengan baik, tetapi tidak ada satu pun yang bicara ke saya. 

Mungkin sebenarnya selama 19 tahun ini hanya saya yang menganggap dia teman. 

Mungkin selama 19 tahun ini dia hanya menganggap saya orang yang bisa dimanfaatkan dan diperlakukan semena-mena. 

Bagi saya, 19 tahun bukan waktu yang sebentar. Kalau orang lain yang memperlakukan saya seperti itu, saya akan lebih mudah memaafkan dan melupakan. Tetapi, jika orang terdekat yang melakukannya, sangat sulit untuk saya melupakan.

Bahkan ketika sudah lewat hampir setengah tahun, hati saya masih berat. 

Saya berharap, Tuhan membebaskan saya dari sakit hati ini. Saya ingin suatu hari, ketika bertemu lagi, saya bisa menyambutnya dengan hangat dan senyuman yang ikhlas...