Friday, June 6, 2014

Tentang Kesepian

Kesepian yang teramat dalam adalah merasa sepi diantar tawa-tawa disekelilingmu.
 
Saya adalah orang yang (di satu sisi) serius. Tapi tidak banyak yang tau kalo saya adalah orang yang begitu seriusnya menjalani hidup. Hampir semua orang taunya saya sosok yang periang, ceroboh, berisik, pelupa dan tukang ketawa. Tidak salah. Memang saya seperti itu (di satu sisi)
 
hanya 1 orang dan Tuhan yang tau siapa sebenarnya saya. Yang mengenal 2 sisi kepribadian saya. Yang hanya kepada merekalah saja saya dapat benar-benar menjadi diri saya, tanpa perlu ada yg ditutup-tutupi.
 
Ada saat-saat dimana saya begitu kesepian, mulut saya tertawa tapi hati saya nelangsa. Bukan. Ini bukan karna saya munafik. Lebih kepada saya berusaha menjadi sosok yang kuat. Saya tidak suka dipandang sebagai orang yang lemah, walaupun memang dibeberapa bagian saya lemah dan rapuh. Dan menjadi sosok yang kuat bukanlah perkara mudah. 

 Adakalanya keseriusan membawa saya ke arah yang sepi. Entah saat di mana saya sedang dikelilingi tawa orang-orang, saat berkumpul dengan teman. Hati saya tidak dapat menerima tawa-tawa itu.
 
***

 Menjadi orang yang begitu terbuka, yang dapat dengan mudahnya menceritakan persoalan-persoalan hidup kepada banyak orang. Saya (cukup) iri dengan orang seperti itu. Karna saya tidak bisa. Banyak hal yang saya pendam sendirian, hal-hal yang tidak ingin saya bagi kepada orang lain, dan membuat saya (di satu sisi) menjadi begitu kesepian. Saya tidak menyalahkan siapapun atas kesepian saya, karna sepenuhnya pilihan saya. sepi dan ramai, saya sendiri yang patut untuk memilihnya.
 
***
Sejak saya sadar bahwa saya bertanggungjawab penuh atas hidup saya, pemikiran dan sifat saya sedikit banyak berubah. Dulunya saya memang orang yang santai dan periang, menjalani hidup mengikuti arus. Tapi lama-lama saya berpikir bahwa hidup tidak bisa semau-maunya seperti itu. Ada banyak hal yang harus diperjuangankan dan ada hal yang harus rela dilepaskan..
 
Kerelaan untuk melepaskan. (Lagi-lagi) bukan hal yang mudah. Terlebih melepaskan seseorang yang begitu berarti dihidupmu. Suka tidak suka, mau tidak mau, saya harus melepaskannya. Walau pada akhirnya saya yang hancur. Tidak apa. Saya percaya, waktu akan memulihkan saya.
 
***
Saya sadar bahwa saya harus berdamai dengan diri sendiri, harus bisa memaafkan kesalahan-kesalahan yang saya lakukan di hari-hari yang lalu, agar saya dapat terlepas dari rasa sepi yang diam-diam menggerogoti saya.
 
kesepian itu tidak enak, dan saya tau rasanya.
 
Ampuni dirimu, Ay~ kamu pantas bahagia..
 
 
*Menulis ini dibawah dekapan selimut yang hangat*

4 comments:

  1. waktu memang obat yang mujarap untuk obat penawar sakit hati kak, tapi kalau tidak ada usaha terus terusan memikirkan, waktu jadi gak ada artinnya, karna saya sendiri juga pernah mengalaminnya.

    perpisahan itu memang harus terjadi, kejam ya...

    ReplyDelete
    Replies
    1. iya dit, balik ke pribadi masing-masing ya gimana caranya nyembuhin luka^^

      Delete