Friday, January 6, 2017

If I Never Met You...


Foto dari sini
 

Kamu pernah datang, menetap sebentar, kemudian pergi dengan membawa sebagian hatiku.

Di hari-hari yang lalu kita banyak menghabiskan waktu bersama, entah hanya untuk sekedar tertawa-tawa dengan lelucon yang sebenarnya tidak lucu, atau pun saling berbagi kelelahan di hari itu.

Tau apa yang paling aku suka? Ketika kamu menceritakan apa-apa yang kamu rasakan hanya kepadaku. Aku selalu suka ketika kamu membagi kelelahanmu padaku, aku merasa bahwa aku memiliki tempat yang spesial dihatimu. Dan aku tak pernah lelah mendengarkan setiap keluh kesahmu. Disetiap kata yang kamu ceritanya mengingatkan aku untuk tetap kuat.

“La, kita putus.” Suaramu terdengar dingin.

Aku hanya mampu terdiam, mungkin aku salah mendengar.

“La, kamu dengar aku kan?” Katanya di seberang telpon.

“I.. iya..” ucapku.

“Aku cuma mau bilang, kalo kita selesai sampai di sini.”

“Tapi… kenapa?”

“Kamu gak pernah bisa jadi pacar yang aku mau,” katamu acuh dan tidak sadar bahwa perkataanmu amat menyakitkan hatiku.

“Maksud kamu? Bisa kamu jelaskan?” Aku mencoba untuk tetap tenang. Pasti ada yang tidak beres, pikirku.

“Aku tanya sama kamu, berapa kali kamu nolak permintaan aku? Kamu gak pernah mau untuk tinggal bareng aku. Aku jadi ragu, selama ini kamu gak benar-benar sayang sama aku. Kamu cuma kasihan sama aku. Iya, kan?”

“Kita belum menikah dan aku gak mungkin tinggal sama kamu. Aku selalu bilang itu alasannya kan? Aku benar-benar sayang sama aku, tapi kamu meragukannya, hanya karna aku selalu menolak ajakan tinggal bersamamu,” aku menghela napas dan melanjutkannya, “maaf aku gak bisa jadi pacar yang kamu inginkan, makasih kita pernah saling sayang, dulu.”

Aku mematikan handphone. Hatiku terasa sakit.

Tau rasanya ketika jarimu tergores kertas? Awalnya tidak terasa, tetapi kemudian kamu akan merasakan perih dan gatal diwaktu yang bersamaan. Dan jika kamu tidak tahan, kamu akan menggaruknya dan membuat goresan itu semakin terbuka dan menjadi lebih perih. Rasa gatal dan perihnya akan semakin menjadi dan setelahnya akan meninggalkan bekas luka. Begitu lah rasanya.

Seharusnya dari awal, aku sadar bahwa cintanya bukanlah cinta yang baik untukku…
 
Love,
Ay.

No comments:

Post a Comment