Foto dari sini
Kamu pernah datang, menetap sebentar, kemudian pergi
dengan membawa sebagian hatiku.
Di hari-hari yang lalu kita banyak menghabiskan waktu
bersama, entah hanya untuk sekedar tertawa-tawa dengan lelucon yang sebenarnya tidak lucu, atau pun saling berbagi kelelahan di hari itu.
Tau apa yang paling aku suka? Ketika kamu
menceritakan apa-apa yang kamu rasakan hanya kepadaku. Aku selalu suka ketika
kamu membagi kelelahanmu padaku, aku merasa bahwa aku memiliki tempat yang
spesial dihatimu. Dan aku tak pernah lelah mendengarkan setiap keluh kesahmu.
Disetiap kata yang kamu ceritanya mengingatkan aku untuk tetap kuat.
“La, kita putus.” Suaramu terdengar dingin.
Aku hanya mampu terdiam, mungkin aku salah mendengar.
“La, kamu dengar aku kan?” Katanya di seberang
telpon.
“I.. iya..” ucapku.
“Aku cuma mau bilang, kalo kita selesai sampai di
sini.”
“Tapi… kenapa?”
“Kamu gak pernah bisa jadi pacar yang aku mau,”
katamu acuh dan tidak sadar bahwa perkataanmu amat menyakitkan hatiku.
“Maksud kamu? Bisa kamu jelaskan?” Aku mencoba untuk
tetap tenang. Pasti ada yang tidak beres, pikirku.
“Aku tanya sama kamu, berapa kali kamu nolak
permintaan aku? Kamu gak pernah mau untuk tinggal bareng aku. Aku jadi ragu,
selama ini kamu gak benar-benar sayang sama aku. Kamu cuma kasihan sama aku.
Iya, kan?”
“Kita belum menikah dan aku gak mungkin tinggal sama
kamu. Aku selalu bilang itu alasannya kan? Aku benar-benar sayang sama aku,
tapi kamu meragukannya, hanya karna aku selalu menolak ajakan tinggal
bersamamu,” aku menghela napas dan melanjutkannya, “maaf aku gak bisa jadi
pacar yang kamu inginkan, makasih kita pernah saling sayang, dulu.”
Aku mematikan handphone. Hatiku terasa sakit.
Tau rasanya ketika jarimu tergores kertas? Awalnya
tidak terasa, tetapi kemudian kamu akan merasakan perih dan gatal diwaktu yang
bersamaan. Dan jika kamu tidak tahan, kamu akan menggaruknya dan membuat
goresan itu semakin terbuka dan menjadi lebih perih. Rasa gatal dan perihnya
akan semakin menjadi dan setelahnya akan meninggalkan bekas luka. Begitu lah
rasanya.
Seharusnya dari awal, aku sadar bahwa cintanya
bukanlah cinta yang baik untukku…
Love,
Ay.
No comments:
Post a Comment