Tuesday, June 6, 2017

Karna Kamu Berharga…

Suatu kali saya pernah dekat dengar seorang pria. Kita di jurusan yang sama tapi beda kampus. Dia satu sekolah dengan teman kampus saya.
Kita benar-benar berbeda dalam cara pandang, terutama tentang keimanan. Dia seseorang yang meragukan adanya Tuhan, seseorang yang berpikir baik buruknya keadaan itu karna pilihannya kita bukan karna Tuhan.
Sedangkan saya adalah orang yang percaya kalau Tuhan itu ada dan saya mempercayakan hidup saya pada-Nya.
Hal kedua yang membedakan saya dengan dia adalah sebagai perempuan saya harus menjaga apa yang saya miliki hanya untuk suami saya kelak. Dan itu gak bisa diubah. Karna dari dulu saya gak pernah melihat kerennya free sex, drugs, dkk. 
Sedangkan dia adalah tipikal yang selalu melakukan hubungan intim dengan para mantannya.
Sebenarnya hal yang udah umum banget sih sekarang. Free sex udah dianggap hal yang biasa, gak tabu lagi.
Balik lagi ke saya dan dia. 2 prinsip di atas jelas berbeda banget dan gak mungkin disatuin. Tapi, entah kenapa kita bisa dekat dan nyambung berbicara dalam banyak hal. Dia benar-benar terbuka tentang pola pikirnya dan saya pun juga bisa terbuka tentang hal-hal yang prinsipal padanya. Aneh ya?
Kita banyak berbicara tentang hidup, pekerjaan, hati dan keseharian kita. kita merasa nyambung walau dengan prinsip yang berbeda.
Kita pun pernah membahas mengenai perfilman Indonesia dan teater yang ada di Jakarta. Sampai pada akhirnya dia ngajak saya nonton drama musikal.
Dia          : The, ada drama musical yang pengen banget gue tonton.
Saya       : tentang apa?
Dia          : Judulnya Les Miserables, nonton dulu deh filmnya biar kamu ngerti *kasi link film*
Saya       : kamu udah nonton filmnya kenapa masih mau nonton lagi?
Dia          : ini beda, lebih teatrikal, dibawain sama Teater Katak. Kamu mau ikut gak?
Saya       : belom pernah sih nonton teater gitu, keliatannya menarik. Kapan?
Akhirnya kita pun sepakat untuk nonton Les Miserables. Tau berapa lama? Hampir 4 jam! Dan saya gak merasa bosan lho. Karna ceritanya menarik, para pemainnya piawak sekali dalam menghayati perannya masing-masing. Bagus. Banget. Kalau tau nonton teater menarik, saya pasti udah nonton dari dulu deh.
4 jam pun berlalu dan tau-tau sudah hampir tengah malam! Saat itu rabu, dan besokkannya saya harus bangun pagi untuk kembali kerja.
Dari Taman Ismail Marzuki kita langsung pulang. Dan sepanjang perjalanan ada banyak yang kita bahas. Dia pun sempat membahas tentang laki-laki.
Dia          : cowok itu punya banyak cara untuk mendapatkan yang dimau. Kamu harus hati-hati. Cewek sering banget goyah kalau diperlakukan dengan sangat gentle. Kamu bilang gak mau kan berhubungan sebelum nikah?
Saya       : *mengangguk*
Dia          : Jangan berpikir ‘takut ah, gak berani / nanti hamil, dll’. Kalau alesan kamu gitu, kayak yang gue bilang, cowok punya banyak cara buat bikin goyah. Tapi, yang harus kamu tanamkan, kamu gak mau melakukan itu bukan karna kamu takut, tapi karna kamu berharga. 
Karna kamu berharga…
Saya trenyuh mendengarnya.
Saya       : terus kenapa kamu suka begituan?
Dia          : karna nikmat, The. Tapi, kamu jangan ya, pertahanin apa yang kamu punya.
Kalau menurut saya sebagai pihak perempuan, bukanlah masalah selaput darah yang robek, terlalu dangkal (dan lagi sekarang kan udah canggih, yang robek bisa dirapetin lagi :p). Tapi tentang kita sebagai perempuan yang bisa mengendalikan diri dan tau batasan.
Setiap kali saya memikirkan mengenai itu, saya selalu membayangkan…
… jika saya melakukan itu, saya pasti akan nyesel banget, bisa jadi saya gak akan menghargai diri saya lagi, bisa jadi saya akan berubah menjadi sosok yang insecure dan menyebalkan. Dan seandainya saya melakukan itu, kemudian putus dan saya menyesali kemudian berjanji tidak akan melakukannya lagi, belum tentu pacar saya yang selanjutnya bisa menerima (yang ada nagih jatah juga – mungkin). Ada memang laki-laki yang tidak mempermasalahkan itu, tapi seberapa banyak?
… jika saya sebagai orang tua, dan mendapati anak saya masuk ke pergaulan bebas dan tidak baik, saya pasti akan sedih dan kecewa. Tapi, lebih dari rasa kecewa saya terhadap anak saya, saya jauh lebih kecewa kepada diri saya sendiri. Kenapa? Karna saya tidak dapat mengajarkan kebaikan-kebaikan kepada anak saya, anak saya seperti itu karna saya juga.
2 pikiran itu lah yang membuat saya bertahan sampai sekarang, bertahan untuk tidak memberikan hadiah di awal dan hanya akan diberikan ketika nanti menikah. Anggaplah pikiran saya super kolot, tapi memang itu lah yang selalu saya tanamkan. Saya tidak ingin punya perasaan seperti 2 hal di atas.
Dan buat kalian para perempuan yang telah memberikan hadiah itu sebelum menikah  (dan melakukannya berulang kali), kalian bisa menghentikannya sekarang dan menunggu sampai menikah nanti. Kalian pun tetap berharga. :)
***
September 2016...
 
Dia: Thea…
Saya: Hai! Apa kabar?
Dia: Baikk.. baik, jalan-jalan terus nih lu.. hahaha
Saya: bahahhaa.. justru lagi butuh piknik nih. Lo gimana? Udah melepas kejombloan lom?
Dia: Sudah, wahahaah
Saya: wow! Congrats yaaa. Sama dongs *toss* anak mana?
Dia: Anak kantor ko, pdktnya sebentar, abis itu jadian. Percaya ga percaya wkwkwk
Saya: canggih amat lo, dihipnotis nih pasti
Dia: hipnotis gak berbulan2 juga tahannya kali. Yah itu sih gak make waktu lama kok. Sekalinya tau she’s the one. Heheh
She’s the one! Saya ikutan happy mendengarnya. Dia pun chat saya sebenarnya untuk menawarkan pekerjaan di kantornya. Owner kantornya lagi cari personal assistant dan dia teringat pada saya.
Terus kamu terima tawaran itu?
Enggak. Hehehe.. saya belum bisa melepaskan kantor yang sekarang. :p
Ps: semoga langgeng sama pacar yang sekarang ya!
 
Ay.

2 comments:

  1. Eh ini nyambungnya sama cerita yang bawah gimana? Kalo yang atas no komen ah the. :p

    ReplyDelete
    Replies
    1. hahahhhaa.. iya, hak masing2 kok dan pilihan hidup orang kan beda2 :p

      Eh ini nyambungnya sama cerita yang bawah gimana?
      yg mana?

      Delete