Wednesday, August 27, 2014

Kisah 3 Sahabat

“ Ay, saya mau berterus terang padamu. Saya suka pada dia, entah sejak kapan saya tidak tau. Tapi yang jelas, rasa ini semakin lama semakin membesar. Apa yang harus saya lakukan? Kamu bisa bantu saya? “

Kata-kata itu terucap dari mulut Ven, sahabat saya. Dia menyukai Han, sahabat saya yang laki-laki. Dan yang dia tak tau, saya pun menyukai laki-laki yang sama…
2 anak perempuan dan 1 anak laki-laki. Ketiga orang sahabat yang diam-diam saling menyukai. Banyak orang bilang kalau tidak ada yang namanya persahabatan antara laki-laki dan perempuan. Kami bertiga pernah menertawakan pernyataan itu, dulu. Ya, kami membuktikan kalau kami dapat bersahabat, murni, tanpa perasaan yang lebih, hanya rasa sayang dan peduli saja.  
Ke mana-mana kami selalu bertiga, kami berbagi hidup, berbagi tangis dan tawa, dan tanpa kami sadari, kami pun berbagi hati…
Kami adalah pribadi yang berbeda-beda. Saya tipikal anak yang lincah, ceria, manja namun tertutup dalam banyak hal. Ven tipe cewek yang sensitive, serius (namun sesekali dia pun dapat mencairkan suasana), dan amat terbuka, pun juga mengenai urusan hati. Sedangkan Han adalah  tipe  cowok yang humoris dan suka membuat lelucon, pendengar yang baik, dan pintar menenangkan orang lain.
Jauh sebelum Ven mengungkapkan perasaannya, dia pernah bilang seperti ini, “ Ay, kamu sadar gak kalau Han itu lebih perhatian kepada kamu? Saya rasa dia suka sama kamu.. hahahah..” dia meledek saya.
Saya sendiri saat itu tak menyadarinya. Saya merasa kalau sahabat berbuat baik dan perhatian kepada sahabatnya itu hal yang wajar. Namun, saya tak sadar kalau perhatian dari Han kepada saya melebihi perhatian seorang sahabat.
Saya pun mengacuhkannya, saya tidak mau ada perasaan lebih yang merusakan persahabatan kami bertiga. Tetapi, yang namanya hati memang susah ditebak. Saya bisa saja acuh dan tidak menanggapi segala perhatian dan kebaikannya, namun hati saya merespon itu. Perlahan-lahan saya menyukai dia, sahabat saya sendiri.
Suatu kali, kami bertiga pergi ke taman bermain. Saat itu, Han sering kali menggandeng tangan dan menepuk kepala saya. Saya merasa nyaman. Kami menghabiskan berjam-jam yang menyenangkan. Kami bertiga bahagia. Dan saat itu saya berjanji dalam hati untuk menetralkan perasaan saya, pun juga Han.
Ketika kami berdua sudah mulai bisa menetralkan perasaan, masalah lain terjadi. Ven mengungkapkan kalau dia suka dengan Han. Saya terkejut dan tak tau harus berkata apa. Dia meminta saya untuk membantunya pendekatan ke Han. Saya ingin menangis.
Ven  benar-benar menunjukkan ketertarikannya pada Han. Dia mulai melakukan pendekatan-pendekatan dan perhatian-perhatian yang membuat saya merasa risih dan tak nyaman berada diantara mereka berdua.
Dan pada puncaknya, dia mengungkapkan isi hatinya kepada Han. Di saat itu saya takut, kalau mereka menjadi pasangan, bagaimana dengan saya?
Han menolak dengan halus. Ven sakit hati, dia tak bisa menerima penolakan itu. Han pun menjadi dingin dan acuh pada Ven.
Bagaimana dengan saya?
Saya marah. Saya kesal kepada mereka. Tiap kali saya mendekati Han, Ven akan melirik dengan kecemburuan yang tak tertutupi. Berbulan-bulan lamanya, hubungan kami bertiga menjadi kaku. Kami yang biasa tertawa bersama, kini hanya terdiam. Tak banyak yang kami bicarakan. Dan sampai kelulusan sekolah, persahabatan kami tak lagi lekat seperti dulu. Keadaan berubah, kami berubah, semuanya tak sama lagi…
 
Ps :
Buat Ven dan Han, kalau suatu saat menemukan tulisan ini dan berpikir “ kok beda dengan yang kita alami ya, Ay? “ Hihihihi. Memang iya, untuk membuatnya saya menambahkan sedikit bumbu di beberapa bagian.^^
Buat Ven, saya masih belum puas untuk mengucapkan selamat untuk pernikahanmu! Satu dari sekian kabar menggembirakan untuk saya.^^
Buat Han, makasi ya udah menemani saya di pernikahan Ven. Semangat untuk tugas akhirnya. Kamu pasti bisa melaluinya.^^
***
Ps lagi : ketika tadi iseng buka-buka draft, ternyata menemukan tulisan ini. waktu itu niatnya di post beberapa hari setelah pernikahan Ven. Ah, kenapa saya bisa lupa ya waktu itu~
 
Tersenyum lebar,
AY

No comments:

Post a Comment