Hari ini
sebenarnya jadwal saya publish fiksi
mini, tapi skip dulu yaa~ Soalnya saya mau cerita tentang apa yang saya dapat
kemarin.
Di bulan
desember ini, setiap gereja Katolik di dunia menerima orang-orang yang ingin
melakukan pengakuan dosa. Dan kemarin rabu, pulang dari kantor, saya mampir ke
gereja. Ketika sampai di gereja, saya bertemu seorang cici yang dulu sama-sama
pelayanan bareng saya, dia senior saya. Awalnya saya mau say hi aja ke dia, karna tujuan saya ke gereja kan mau pengakuan
dosa. Tapi, kita malah asik sharing.
Kadang Tuhan itu
ngasih jawaban dan pengingat di orang yang tak terduga ya. Dari obrolan saya
dengan si cici, beberapa kali saya berusaha menahan air mata, gak tau kenapa
bawaannya pengen mewek aja. Dia sharing tentang kesetiaan dan kepatuhan, hati
hamba, Bunda Maria, sakramen-sakramen dan berkat-berkat dari setiap hal kecil
dalam hidup kita.
The, kita harus menyerahkan hal sekecil apa pun ke
Tuhan, dan kamu akan merasakan berkat-berkat-Nya dalam hidup kamu.
Salah satu hal yang gua bangga jadi Katolik, kita
punya sosok Bunda Maria. Dia manusia biasa, The. Dia tau gimana sakit hati dan
sedihnya kita karna Dia pernah menjadi manusia biasa. Gua sering cerita ke Dia,
gua pernah sakit hati dan benci banget sama seseorang sampe gua gak bisa
nyanyiin doa Bapa Kami ketika misa, mulut gua gak bisa berucap. Dan gua
dipulihkan ketika gua doa di Goa Maria, Dia angkat segala kesakitan dan rasa
benci gua. Gua bisa kembali nyanyiin Doa Bapa Kami. Gua bisa mengampuni orang
itu.
Gua pernah bilang di awal pacaran sama si koko (suaminya), kalo gua cinta
Tuhan gua lebih dulu dibanding gua cinta sama lu dan gua gak mungkin pindah
agama. Dan gua gak mau meninggalkan Tuhan gua.
Setiap agama itu punya ajaran yang baik, tapi kita
harus tetap setia dengan agama kita. ingat-ingat setiap berkat yang terjadi
dalam hidup kita. Tapi, kalo hubungan kita gak dekat sama Tuhan, kita mudah
goyah, kita mudah berpindah-pindah agama dan kita akan terus ‘mencari’.
Ada banyak
obrolan dan sharing lainnya antara
saya dan si cici. Setiap ucapannya itu seperti pengingat untuk saya tetap setia
dan menyerahkan segala hal kepada Tuhan saya. Semalaman dan sampai keesokannya
saya banyak memikirkan obrolan itu.
Banyak hal yang
terjadi dalam hidup saya, jatuh – bangun yang berdarah-darah, keputus-asaan,
ketidak-adilan, tersisihkan dan kalau saya tidak berserah pada-Nya, entah apa
jadinya saya. Disetiap permasalahan, saya diberikan penguatan. Disetiap
perkara, ada hal baik setelahnya. Dan di dalam banyak hal, saya didewasakan.
Setelah obrolan-obrolan
dengan si cici, saya pun masuk ke dalam gereja untuk nunggu giliran pengakuan
dosa. Saya kira Romo akan memberikan penitensi yang panjang, tetapi saya hanya
disuru baca tentang “pembawa damai”.
Cara Tuhan emang
ajaib ya, Dia mengingatkan saya untuk menjadi pembawa damai, Dia tau sekali
kalau belakangan ini saya menjadi orang yang gak sabaran, gak ada damai dalam
hati saya. Saya jadi ingat kata-kata seorang Romo: keKatolikan itu membawa damai, kalau kamu belum menjadi pembawa damai,
kamu belum Katolik.
Seakan belum
cukup, Tuhan kembali mengingatkan saya dari komsel yang semalam saya datangi. Ada
salah satu teman gereja yang dulu juga pelayanan bareng, dia beberapa kali
ngajak saya komsel di satu komunitas di daerah Jakarta barat, saya selalu gak
bisa. Dan ketika akhir bulan lalu teman saya ajakin lagi, saya mikir-mikir, hmm.. ya bole deh ikutan, toh udah lama gak
komsel.
Tau apa tema
yang diangkat? Tentang kebaikan Tuhan dalam hidup kita.
Setiap orang
(termasuk saya) menceritakan kebaikan-kebaikan Tuhan yang kita alami. Di setiap
kebaikan yang diceritakan, saya mendapatkan penguatan.
Ditambah lagi
pembicara dalam komsel itu menceritakan tentang tahun kerahiman ilahi yang
walau pun sudah selesai di bulan November kemarin, tetapi masih digemakan di
gereja-gereja. Dia juga menceritakan tentang warna yang dipakai dalam minggu
ke-4 masa Adven (menjelang Natal), yang mana digereja Katolik menggunakan warna
rose yang melambangkan Immortal Love,
cinta yang tak berkesudahan, cinta-Nya Tuhan kepada kita yang tak terbatas.
Saya benar-benar trenyuh mendengarnya, pengen mewek lagi tapi karna gengsi,
jadi nahan-nahan air mata.. Haha.. (Iya, saya cengeng ya~)
Dia juga
menceritakan tentang Bunda Maria dan cara Tuhan yang unik kenapa memilih Maria
untuk mengandung Yesus, padahal Maria itu miskin, buat lahiran aja gak punya
uang, dan berakhir harus melahirkan di sebuah kandang, meletakkan Yesus di
palungan. Tuhan bisa aja menunjuk perempuan yang lebih wah, melahirkan di
tempat yang layak agar setiap orang mengakui Yesus. Tetapi, Tuhan ingin
mengajarkan kita tentang kerendahan hati dan berserah pada-Nya. Disetiap penolakan-penolakan
dan keputusasaan, berserah pada-Nya, percayakan segala permasalahan pada-Nya,
karna akan ada hal luar biasa setelahnya.
Palungan itu
sebuah tempat untuk menampung makanan, dan ketika Yesus dilahirkan di palungan,
menandakan bahkan berkat yang melimpah untuk orang-orang yang percaya pada-Nya.
Kita punya pilihan untuk menerima Tuhan dan masuk dalam kerahimannya di mana
kita akan merasakan damai sejahtera serta suka cita, atau menolak Tuhan dan
hidup dalam kesengsaraan.
Akhirnya saya
tau kenapa belakangan ini saya sering resah dan khawatir, karna saya jauh
dari-Nya, saya menjaga jarak pada-Nya. Dan dari kejadian kemarin-kemarin, Tuhan
menyentil saya, mengingatkan saya untuk menyerahkan segala kekhawatiran saya
pada-Nya. Saya juga mau bilang makasih untuk orang-orang yang menjadi ‘jembatan’
untuk saya kembali mendekat pada Tuhan. :)
Bulan Desember
udah berjalan 16 hari, dan di sisanya saya ingin belajar untuk semakin dekat
pada-Nya. :’)
Love,
Ay.