Saya lupa pernah
baca di mana, ada yang bilang bahwa pasanganmu adalah cerminan dirimu sendiri,
kamu akan menarik orang yang memang setipe dengan kamu.
Saya pernah
berpikir: ah, gak mungkin. Pasangan itu
kan biasanya saling bertolak belakang, biar saling mengisi. Kalau yang satu
pendiam, yang satunya pasti lebih cerewet. Kalau yang satunya kalem, yang
satunya pasti galak, dst.
Tetapi semakin
usia bertambah, dengan berkali-kali mengalami kegagalan cinta (oke, ini saya
malah mau menertawai diri saya, kasian
banget sih lo), akhirnya membawa saya pada seseorang yang bisa dibilang
mirip dengan saya.
Kita sama-sama
punya selera humor yang receh, punya gombalan-gombalan yang kalau dibaca sama
orang lain bisa bikin eneg, kita suka traveling
(walau gak punya waktu buat traveling,
sedih ya), kita pun punya perencanaan dalam hidup. Dan yang mengkhawatirkan
adalah kita sama-sama galak, picky
dan keras kepala.
Saya jadi
mengingat-ingat, dulu banget waktu masih pake seragam putih abu-abu, saya
pernah minta sama Tuhan untuk diberikan pasangan yang galak. Iya, galak. Tapi
gak kasar. Kenapa saya minta pasangan yang galak? Soalnya dulu saya ini manja
dan plin-plan, perlu orang yang galak dan tegas untuk omelin dan push saya.
Dan belasan
tahun kemudian, setelah saya mandiri dan gak plin-plan plus cenderung berubah
jadi galak (efek pekerjaan dan pengalaman hidup), Tuhan beneran kasih saya
pasangan yang galak lho. Hahaha~~
Kita sama-sama
galak, tapi dia lebih galak sih. :p Karena itu lah masing-masing dari kita
belajar untuk menerima itu, belajar untuk berkompromi (dan ini bener-bener gak
mudah), dan hal yang melegakan adalah ketika ada salah satu dari kita yang
mengalah. Mengalah di sini bukan berarti kalah ya, tapi mengalah untuk
sama-sama menjadi pemenang. Soalnya kalo satunya menang dan lainnya kalah itu
sama aja semuanya kalah. Namanya juga pasangan, menang ya menang bareng, kalah
ya kalah bareng.
Kita sama-sama picky. Orang-orang terdekat saya udah
hapal kalo saya tuh gak doyan segala jenis bawang (tapi doyan bawang goreng
buatan mami saya), gak suka makanan dan minuman yang manis, gak suka coklat,
gak doyan wortel tapi kalau disalad masih suka. Dia pun begitu, bedanya dia gak
suka sama makanan yang udah dingin, jadi kalau makan kudu dalam keadaan yang
hangat, dia gak suka seafood tapi suka udang mayonnaise, dia gak suka bakcang /
lemper / arem-arem, tapi kalo dibukain bungkusnya, isinya dikeluarin dan ditaro
dipiring, ya dimakan. :p
Kita sama-sama
keras kepala. Ini juga salah satu hal yang buat kita sering berdebat, kekeuh
dengan pendapat masing-masing. Dan yah, ujung-ujungnya sih salah satu ada yang
lebih kalem, lebih tenang.
Kita pun gak
sungkan untuk mengucapkan tolong, terima kasih dan maaf. Tiga kata itu memiliki
efek yang luar biasa dalam hubungan ini. Mengucapkan terima kasih bahkan untuk
hal-hal yang sederhana merupakan bentuk dari kita yang saling menghargai.
Mengucapkan maaf (yang sering kali dengan berantem dulu sama ego masing-masing)
membuat kita sadar bahwa bahagianya pasangan itu lebih penting dibanding ego
kita. Dan sekali pun kita bertengkar, walau masih dengan hati dongkol, kita
selalu mengucapkan I love you sebelum
pamit tidur (eh.. pernah deh beberapa kali gak bilang I love you :p).
Dan dengan
banyaknya kesamaan sifat, bukanlah hal yang begitu saja mudah dilalui. Ada
usaha terus-menerus agar hubungan dapat terus berlanjut.
Saya sendiri pun
mau melek semelek-meleknya, saya benar-benar harus tau at least 80% sifat pasangan saya. Jadi, kalau nanti nikah saya gak
terlalu kaget. Saya gak mau nantinya punya pikiran: kok dia gini sih? Dulu waktu pacaran gak gini, kok sekarang jadi beda
ya.
Apa yang saya
suka, apa yang saya gak suka, perlu banget untuk dibicarakan, begitu pun
sebaliknya. Dan selama pacaran, menurut saya adalah waktu yang tepat untuk
benar-benar tau pasangan kita seperti apa. Karna kalo kata orang-orang yang
sudah berkeluarga, biasanya sifat pasangan kita akan berkali-kali lipat
keliatan setelah menikah.
Contoh: males
mandi. Waktu pacaran sih tutup mata aja, ah cuma males mandi, sepele. Tapi,
ketika sudah nikah dan saat pulang ke rumah melihat pasangan lusuh, muka
berminyak, rambut lepek berhari-hari gak keramas, bisa bikin pengen ke luar
rumah lagi. Ya gak? :p
Eh, itu cuma
contoh aja ya. kalo pasangan saya sih hobby
mandi tuh dan selalu wangi jadi pengen deket-deket terus. :D
Saya gak bisa
merubah sifat pasangan saya. Yang bisa saya lakukan adalah merubah sikap saya
dan menerima apa-apa yang gak bisa diubah – karna saya sayang sama dia.
Menerima baik dan buruknya pasangan itu bukanlah hal mudah, tapi saya tetap mau
belajar menerima tak hanya kebaikannya tapi bagian terburuknya sekali pun.
Happy
anniversary Sunjaya Wijono, terima kasih sudah hadir dalam hidup aku, makasih
juga selalu ngingetin aku untuk berdoa setiap malam. Semoga gak bosen untuk
tetap bersama ya~ :p
Love,
Ay.