Foto dari sini
Hari ini aku kembali ke sini. Sendiri. Tempat ini tak banyak berubah. Anak-anak berseragam putih merah berhamburan keluar dari kelas ketika bel istirahat berbunyi. Aku tersenyum melihat wajah-wajah polos mereka. Dan tanpa sadar, aku mengamati apa-apa yang anak-anak itu lakukan. Semuanya berlarian ke pedagang yang menjajakan makanan khas anak sekolah. Anak laki-laki tambun asik mendorong temannya yang lebih kecil agar bisa duluan membeli. Adegan saling dorong pun terjadi. Keduanya tidak terlihat marah, malah tertawa-tawa.
Anak-anak perempuan banyak mengerubuti pedangan yang berjualan kue cubit. "Abang, kuenya setengah mateng ya!" Pesan seorang anak perempuan berambut keriting dengan suara nyaring.
Ada juga yang asik dengan seplastik es teh manis. Minuman yang cocok dicuaca yang panas ini.
Aku berjalan, menghampiri seorang pedagang yang hanya dihampiri 3 pembeli, 4 dengan aku. Jualannya tidak seramai pedagang lainnya. Aku pun menunggu sampai ketiga anak itu selesai membeli.
"Saya mau satu ya."
Aku menyodorkan selembar uang lima ribu dan pedagang itu menyodorkan pesananku.
Rasa manis langsung memenuhi mulutku ketika gula-gula kapas itu masuk ke dalam mulut. Rasanya masih sama seperti dulu. Yang berbeda hanya kali ini aku menikmatinya sendirian dan tidak berbagi denganmu.
Aku tidak mengharapkan kamu kembali. Tidak. Dan kamu tau itu. Aku hanya sekedar mengingat masa-masa ketika dulu kita pernah tertawa-tawa melihat kelakuan lucu anak-anak sekolah dan menikmati manisnya gula kapas yang rasanya selalu sama tetapi kita tak pernah bosan membelinya setiap kita mampir ke sekolah ini. Selalu... Tak pernah bosan...
Love,
Ay.
Anak-anak perempuan banyak mengerubuti pedangan yang berjualan kue cubit. "Abang, kuenya setengah mateng ya!" Pesan seorang anak perempuan berambut keriting dengan suara nyaring.
Ada juga yang asik dengan seplastik es teh manis. Minuman yang cocok dicuaca yang panas ini.
Aku berjalan, menghampiri seorang pedagang yang hanya dihampiri 3 pembeli, 4 dengan aku. Jualannya tidak seramai pedagang lainnya. Aku pun menunggu sampai ketiga anak itu selesai membeli.
"Saya mau satu ya."
Aku menyodorkan selembar uang lima ribu dan pedagang itu menyodorkan pesananku.
Rasa manis langsung memenuhi mulutku ketika gula-gula kapas itu masuk ke dalam mulut. Rasanya masih sama seperti dulu. Yang berbeda hanya kali ini aku menikmatinya sendirian dan tidak berbagi denganmu.
Aku tidak mengharapkan kamu kembali. Tidak. Dan kamu tau itu. Aku hanya sekedar mengingat masa-masa ketika dulu kita pernah tertawa-tawa melihat kelakuan lucu anak-anak sekolah dan menikmati manisnya gula kapas yang rasanya selalu sama tetapi kita tak pernah bosan membelinya setiap kita mampir ke sekolah ini. Selalu... Tak pernah bosan...
Love,
Ay.
No comments:
Post a Comment