Friday, November 11, 2016

If Only...


Foto dari sini
 

Beberapa waktu yang lalu, aku melewati gang rumahmu ketika aku ingin pergi ke suatu tempat. Sekilas aku melihat rumahmu, dengan pagar berwarna hitam yang menjulang tinggi, yang dibuat agar tidak ada satu orang pun dapat mengintip ke dalam rumah.
Sudah berapa lama ya kita tak bertemu dan bertegur sapa? 2 tahun? 3 tahun? Mungkin lebih. Aku tak pernah tau seperti apa kamu yang sekarang. Apakah sudah mendapatkan pekerjaan yang baik. Apakah sudah menemukan orang yang dapat mengisi hari-harimu. Apakah sudah merencanakan masa depan dengan pantas. Atau kamu masih seperti dulu yang aku kenal? Entah. Aku tidak tau.
Di hari-hari yang lalu, kita pernah menghabiskan banyak waktu bersama. Selalu menyempatkan untuk bertemu setiap akhir pekan. Tau apa yang aku suka darimu? Kamu selalu menepati janji dan tidak pernah terlambat untuk menjemputku. Dan aku berterimakasih untuk itu. Oh, dan aku suka parfum yang kamu pakai. Selalu membuatku nyaman ketika wangi itu terhirup dan masuk ke dalam hidung bersama dengan oksigen lainnya.
Ada kalanya, ketika kamu sedang kacau, kamu akan banyak merokok. Seakan lupa bahwa aku amat tidak suka dengan bau rokok – dan biasanya kamu tidak merokok di depanku. Tetapi, aku memakluminya. Aku bisa mentolerir itu. Kenapa? Karna aku tidak ingin bertengkar hanya karna asap rokok yang membuatku terbatuk. Aku hanya terlalu menyayangimu.
Aku tak dapat menghitung berapa banyak pertemuan kita, sudah terlalu banyak. Aku pun tak dapat menghitung seberapa banyak kita tertawa dengan lelucon-lelucon garing yang sebenarnya tidak lucu. Dan aku juga tak dapat menghitung berapa banyak wanita yang chat kamu sampai kamu perlu bantuanku untuk membalas semua chat itu.
Dan kita pernah bilang, that’s what friend are for. Saling membantu, bahkan sampai keurusan laki-laki maupun wanita yang mendekati kita.
Sampai suatu kejadian yang membuat kita saling menghilang dari kehidupan masing-masing. Dan kita lupa dengan hari-hari yang lalu. Ego kita mengalahkan rasa sayang. Kita tak mampu untuk hanya sekedar bertegur sapa.
Seandainya waktu bisa diulang...
Apakah kita bisa kembali seperti dulu?
 
Love,
Ay.

No comments:

Post a Comment